test test

Thursday, June 26, 2008

patient from mars

Kemarin, untuk pertama kalinya saya ngasistenin seorang dosen senior di ruang operasi. Well~ the operation itself went very-very well... Dokter ini berhasil mengeluarkan M3 kanan bawah si pasien yang impaksi mesioangular tanpa separasi (whoa !) dan M3 kanan atas si pasien yang erupsi sebagian dengan 3 akar yang njepat dan bengkok enggak karuan ke 3 arah tanpa mematahkan 1 akar pun dan tanpa separasi juga (ckckck....)

Nah, yang nyentrik tuh... si empunya gigi. Alias si pasien.

Sebut saja namanya Pak Iwan. Laki-laki. Umur 35-an. Belum pernah cabut gigi sebelumnya. Dandanannya kayak turis Hawaii (kemeja bunga-bunga super aloha + celana pendek + sandal safari) ~untungnya enggak pake sunglasses~ sampe Pak Kosim ~yang jaga di ruang operasi~ terbengong-bengong ngeliat ni orang...

Dan waktu saya kasih instruksi pasca pencabutan, pasien ini nanggapin dengan reaksi yang menurut saya sih... enggak normal.

Saya : "Pak, bekas lukanya nanti jangan dihisap-hisap ya... jangan makan pakai sisi kanan dulu... obatnya diminum sesuai anjuran... jangan dikumur-kumur... jangan dikompres-kompres pakai es batu..." ~well, soalnya berdasarkan pengalaman saya, ada-ada aja pasien yang suka ngompres luka di bekas pencabutannya pakai es batu, dengan maksud : biar perdarahannya cepet berhenti, kepanasan (???), sampe iseng (?!?!!!). Padahal akibatnya, tuh darah bakal nggak berhenti-berhenti....~
Pak Iwan : "Kalo dihisap istri saya boleh ?"

Saya sempat bengong beberapa detik. Sebelum akhirnya saya jawab : "Ya nggak boleh, Pak. Nanti lukanya enggak nutup-nutup lho."

Pak Iwan : "Ngomong-ngomong, situ udah jadi dokter belum ?"
Saya : "Belum, pak."
Pak Iwan : "Kapan jadi dokternya ?"
Saya : "Ya secepatnya, pak. Kalau lancar sih, mudah-mudahan tahun depan."
Pak Iwan : "Kalau 2 jam lagi belum jadi dokter ya ?"
Saya sempat mikir, gila kali ya nih orang...
Pak Iwan : "Terus ini apaan ???" (nunjukin seplastik tampon yang dibekalin sama dosen saya itu...)
Saya : "Itu namanya tampon, pak. Buat digigit biar mulut bapak enggak banyak beraktivitas dan perdarahannya cepet berhenti."
Pak Iwan : "Oooo...bisa buat pembalut juga ya ?"
(mungkin maksudnya, pembalut wanita kali ya...)
Saya : "Oh, nggak bisa pak."
Pak Iwan : "Kok dikasih nama tampon kalo gitu ?"
Saya : "Soalnya bentuknya kan mirip-mirip, pak."
Gilaaaaaaaaaaaaaaa.... PLEASE SOMEBODY SAVE ME !!!
Pak Iwan : "Terus...tebel di mulut saya nih kapan ilangnya ?"
Saya : "Bentar lagi juga hilang kok pak, normalnya sih gitu."
Terus, pasien ini diem ada 1 menitan, sampe akhirnya dia ngomong : "Belum ilang nih. Berarti saya nggak normal dong ?"
The fact was : He's TOTALLY NOT NORMAL

Dan pembicaraan bego ini terhenti karena dosen senior saya manggil si pasien untuk ngurusin administrasi. Haha, thanks for saving me, doc.

2 comments:

  1. waaaa..ni pasien jangan2 salah masuk rumah sakit...

    jangan2 bukan RSGM yang dituju...
    *you know what i mean lah..*
    hehuehue

    ajaib!!

    ReplyDelete
  2. Emang ajaib nih orang, Tri'

    Kalo pada tanggal 25-6-2008 jam 10 pagi dirimu masuk ruang operasi, dirimu bakal takjub melihat sosok pasien ini...

    (dan dirimu bakal shock mendengar lengkingan mautnya waktu dianestesi)

    ReplyDelete

comments here