Kalau ditanya apa yang paling bikin saya stress kuliah, jawabannya adalah : Saya nggak bisa kerja di bawah tekanan. I hate being under-pressured...
Especially if I have to work with human.
Dulu waktu zaman preklinik (di mana saya masih kerja di phantom, model, all those kind of things...), saya memang stress. Tapi cuma sebatas chronophobia. Chasing by time is killing me... Dan walaupun saya stress, saya masih bisa melupakan sejenak kesetresan saya itu dan tidak terbawa sampai mimpi. Setidaknya saya nggak pernah berpikir untuk melarikan diri. Misal : pindah kampus atau pindah ke dunia lain alias bunuh diri.
But now, I work with a real human. Di mana bukan cuma saya dan dosen saya aja yang hidup, tapi pasien saya juga hidup. Dan mereka sudah pasti sangat amat kecewa kalau seharian saya nggak ngasih treatment apa-apa padahal mereka sudah terlanjur datang dengan harapan : dirawat. Segera. Dan hal itu sejujurnya bikin saya agak under pressure. Karena untuk menjelaskan pada pasien saya betapa rumitnya prosedur perawatan di kampus saya itu bisa makan waktu seharian. Itupun kalau mereka mau mengerti. Kalau nggak terima, ujung-ujungnya melarikan diri. Padahal saya juga berusaha tidak memberatkan pasien saya dengan ~setidaknya~ belajar sebelum maju diagnosa. Tapi ya begitulah yang katanya namanya prosedur. Kadang nggak jelas apa tujuannya dan kemana juntrungannya. Lebih-lebih bagi pasien. Sangat susah nyari kata-kata yang tepat biar mereka ( baca : pasien saya) nggak sakit hati melihat saya bolak-balik membetulkan lembar diagnosa saya tanpa melakukan tindakan medis apapun pada mereka. Apa saya nya yang kegoblokan ? Atau prosedurnya yang terlalu ribet ? Ah, saya bener-bener bingung.
Oh oh my.... all those stress-ness are reelie killing me...
No comments:
Post a Comment
comments here