test test
Showing posts with label campus-life-story. Show all posts
Showing posts with label campus-life-story. Show all posts

Tuesday, May 17, 2011

happy vesak day (& survival tips in dentistry faculty)

Happy Vesak Day.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata. May all's being happy. Semoga semua makhluk berbahagia. Sadhu, sadhu, sadhu.

Semoga semua makhluk berbahagia - saya suka quote ini. Dulu di sekolah minggu, saya pernah diajarin makna dari kalimat ini. Makhluk - baik yang kasat mata atau nggak kasat mata - ceritanya hidup berdampingan di dunia ini, cuman beda dimensi. Perbedaan dimensi ini tergantung karma mereka di kehidupan sebelumnya. Yes, I do believe in karma. Karena itu, dulu saya meyakini, kalau orang baik dan jujur pasti selamet. Idealis banget.

Too bad, I used to live and believe on that fairytale.

Yap, itu dulu darling. Sebelum saya masuk FKG. Di FKG, dengan mengesampingkan faktor X yaitu hoki dan apes : orang yang terlalu jujur bakal ajur. Dan orang yang cerdik walaupun nggak jujur-jujur amat akan selamat. Kesimpulannya, konsep ideal : orang baik dan jujur pasti selamet ; cuma ada di negeri dongeng. Dan film-film 20th fox century.
Fellow dentists, I bet you agree with me :D

Sekalian nyambung ke FKG, karena sekarang lagi musim pendaftaran mahasiswa baru, barangkali postingan saya bisa jadi bahan referensi adek-adek sekalian agar nggak ehm... ngerasa salah ambil jurusan dan ehm... menyesal kelak di kemudian hari *bukan curcol*

Nggak bermaksud mengintimidasi, saya sendiri nggak nyesel jadi dokter gigi kok, tapi kuliah di FKG-nya itu susah-susah-susah-sussssaaaahhh gampang. Alias banyakan susahnya daripada gampangnya. Selain mahasiswa harus cerdik, kita bener-bener harus banyak doa. Soalnya faktor X yang namanya 'hoki' dan 'apes' emang bener-bener ada.

Ada temen saya yang menurut saya, hoki banget. Namanya MH. Nggak pernah nyontek, smokel, titip absen, ngerokok, miras, dan saya lebih sering papasan sama dia di musholla ketimbang di kantin. Pokoknya suci hama. Instead of being a dentist, I think he's suit enough to become a kyai.

Kalo dinalar, emang nggak masuk akal. Karena jadwal klinik super mepet berbanding lurus dengan kuota kubikel yang sangat amat terbatas sekali itu bener-bener nggak memungkinkan seorang mahasiswa FKG untuk menjalani klinik dengan jujur 100%. Pasti adalah berapa sekian persen lah yang menurut kami, dengan terpaksa dihalalkan, supaya requirement cepet kelar, dan membantu hajat hidup temen-temen yang lain supaya cepat lulus. Kecuali kalo orang itu hoki tingkat dewa, kayak si MH ini.

Inilah yang saya bilang dengan faktor X : hoki. Di saat mahasiswa lain menghindar-hindar dari dosen killer dan ngejar-ngejar dosen dewa, MH malah kebalikannya.
Hebatnya, dosen-dosen killer ini malah kabur kalo MH udah mulai deket-deket minta ACC kerjaan. "Sakkarepmu maaaasss..... Wis sana ndang ngalih" (baca : terserah kamu mas.... udah sana ndang minggir). Daaaaannn.... ditandatanganilah buku requirement MH.
Saya bilang sih, orang ini betul-betul berada dalam lindungan Yang Maha Kuasa saking kudusnya.

Sekilas tentang MH. Dia nih sekalinya ngomong bisa nggak selese-selese kayak siraman rohani.
Pantesan dosen-dosen killer pada keok. Kalah mabrur soalnya. Ohya, dia udah naik haji btw *nggak nyambung*

Orangnya juga mahasopan. Kalo nulis SMS, selain pake EYD, pilihan katanya luarrrrr biasa.... Chairil Anwar ? Sapardi Joko Damono ? Ok, you name it. Mereka lewattttt semua. Nggak ada yang ngalahin kata-kata mutiaranya MH.

Dan mahapemaaf. Karena dia nih saking lugunya, suka bolak-balik ketipu sama pasien. Seringkali pasien-pasien itu janji-janji datang, tapi janji tinggalah janji. Tapi MH tetap tawakal menanti pasiennya yang nggak muncul-muncul. Alhasil, requirementnya kayak kredit macet. Tapi lagi-lagi yang namanya faktor hoki, dia selalu bisa lolos requirement. Entah itu karena welas asih sang dosen, atau tiba-tiba dia dapet pasien dadakan, atau mendadak dapet injury time buat nyelesein requirement, atau FKG tiba-tiba kejatuhan meteor.
Emang sakti mandraguna. Kata temen-temen yang lain sih, kita harus sering deket-deket MH, biar ketularan sakti.

Tapi sayangnya, nggak semua orang seberuntung MH. Pernah ada temen saya yang nggak kalah lurus. Dan jujur. Tapi perbenihan pas jaman klinik konser bisa sampe berbulan-bulan. Akhirnya bisa ditebak, klinik konsernya nggak lulus, karena sampe hari terakhir klinik, perbenihannya masih positif.
Maaf, anda kurang cerdik, mas. Ditambah apes.

FYI, kalo requirement endo / perawatan saluran akar jaman saya dulu, kita-kita mahasiswa emang diharuskan melakukan tahapan perbenihan. Kalau perbenihan udah negatif, which means sudah nggak ada bakteri di dalam saluran akar, which for me... bener-bener hal yang sangat mustahil bin mustajab apabila dilakukan dengan jujur dan adil tanpa 'sedikit rekayasa', kita boleh melangkah ke tahap pengisian saluran akar.

Banyak jalan untuk membuat perbenihan negatif. Cara jujur : tentu saja dengan melakukan pekerjaan se-steril-sterilnya sesuai dengan petunjuk di buku praktikum.
Yeah, jadi dokter dan pasiennya mandi kembang dulu, trus pake baju tim pemberantas nyamuk aedes aegyptie yang super steril. Kalau perlu, masker dan sarung tangan disteril sekalian, sak-dental unitnya sekalian. Dan karena detik-detik dimasukkannya paper point ke tabung perbenihan menjadi detik-detik yang paling krusial, semprot aja sekalian desinfektan di udara, biar steril. Like this :



At least kalo gagal, dosen klinik pasti udah ngelulusin karena terharu dengan prosesi perbenihan yang sangat amat niat ini.
PS : belum pernah dipraktekkan di klinik. Tapi monggo dicoba...

Cara berikutnya, tergantung kreatifitas masing-masing. Karena cara ini nggak halal, better you'll find out yourself, soalnya kalo saya ngajarin, ntar dikutuk sama dosen-dosen yang baca :p

Jangan lupa, kalo kuliah di FKG, ada 1 skill yang wajib dikuasai selain skill menghapal rute terdekat untuk PP rumah pasien - kampus demi kelancaran hajat hidup perklinikan, yaitu .... *jreng jreng*

Public speaking

Nggak ngecap lho, tapi skill public speaking kita bolehlah diadu sama anak-anak jurusan PR. Bahkan mahasiswa yang pendiem sekalipun bisa jadi tukang jamu kalo udah masuk FKG. Karena skill ini bener-bener penting untuk :
1. Mencari pasien
2. Dan merayu pasien
3. Atau merayu kakak kelas untuk bantuin kita
4. Atauuu... merayu dosen agar lebih bermurah hati pada kita, mahasiswa2 FKG yang malang ini *oops*

Dan ilmu ini kepake selamanya kalau udah praktek. Trust me.

Ohya, masuk FKG, siap-siap dengan berbagai macam praktikum yang tidak akan pernah terbayangkan sebelumnya. Yang sayangnya, kepake sampe akhir hayat, jadi mau nggak mau harus bisa.

Praktikum 1 : Determinasi gigi
Jaman maba dulu, saya bahkan nggak bisa bedain gigi P1 sama P2, M1 sama M2, OMG... why oh why do teeth have to look SO SO SO SIMILAR ???? Hidup memang tak adil... *nangis* *tau gini masuk kedokteran hewan aja. Dimana gajah dan kelinci keliatan jelas bedanya*

Praktikum 2 : Mengukir gigi
Bedain aja susah, belom lagi ngukirnya. Dulu saking nggak bisanya, saya ngukir banyaaaaaak banget gigi dari sabun sampe mahir. At least nggak terlalu kecewa kalau gagal, karena sabunnya bisa dipake mandi, hihihi...

Praktikum 3 : Menyusun gigi

Ada stamps collector, ada debt collector, nah kalo di FKG ada teeth collector. 1 gigi asli dan utuh bisa berharga 5ribu - 30ribu rupiah atau bahkan lebih. Saking desperatenya gara-gara kekurangan gigi buat disusun di model praktikum, saya sempat melas-melas ke beberapa puskesmas, ke kakak kelas, beli di juru kunci anatomi FK (menurut rumor beredar sih, si bapak anatomi ini juga merangkap... juru kunci makam. Ok, saya nggak mau nyari tahu kebenarannya. Better let it be a rumour...), sampe kepikiran pengen nyabut gigi sendiri.
Kalo dijual di eBay, pasti jualan gigi bakal laku keras diborong anak-anak FKG.


Sebagian dari koleksi saya ;) Kalo dijual semua, bisa laku jutaan nih.

Masuk FKG harus siap-siap bangkrut. Apalagi buat mahasiswa indekos yang hidup pas-pasan.
Say thanks to public-speaking skill yang bisa dipakai entah untuk jualan, atau untuk....ngutang.

Masuk FKG harus siap-siap kurus.
Beban berkilo-kilo dari toolbox yang harus dibawa setiap hari, dan jatah uang makan yang harus disisihkan buat jajanin pasien bener-bener bikin temen-temen sekolah saya pangling kalo reuni. You won't need what 'as seen on tv' to make yourself thinner. Go to dentistry faculty !

Masuk FKG harus siap-siap setressss...
No doubt. Definitely.

Kalo orang itu kuliah di FKG, sudah menjalani klinik, dan mengklaim dirinya nggak pernah stress, pasti orang itu :
1. Temen saya, MH
2. Eh, tapi dia pernah cerita kok sama saya kalo dia juga pernah stress waktu nyari pasien. Yes, kyai juga manusia, beibeh...
3. Titisan dewa
4. Pernah koma karena terhantam benda tumpul. Hilang ingatan maksudnyaaaa...

But for
some reasons I can't explain, kuliah di FKG ada juga kok sisi menyenangkannya.

































Nggak banyak lho ya tapinya...

Tuesday, December 01, 2009

akademik etcetera

Tau sendiri kalo saya paling muales berurusan sama kampus kalo nggak bener-bener terpaksa. Dan hari ini, genap 20 hari pasca resmi jadi alumni, ijazah saya baru aja keluar... Tentunya setelah berbelit-belit beberapa lama dengan alasan yang sama : menunggu tandatangan pak dekan yang mau mantu *oh please, saya nggak tau apa korelasinya antara mau mantu dengan nandatanganin ijazah saya*

Hari ini, ijazah (akhirnya) turun, tapi transkrip belum turun dengan alasan yang bener-bener nggak kreatif : "Nunggu tandatangan pak dekan, mbak. Masih repot. Soalnya pak dekan barusan mantu."

HELLOOOOO.... ngomong-ngomong apa ya hubungannya tandatangan transkrip sama mantu ???
Tambah mangkel bin sebel pas liat transkrip beberapa temen yang udah turun, ternyata print-out si transkrip itu tertanggal 30 Oktober. What the f**k!


Saya tanya ke bagian kemahasiswaan, kira-kira kapan pak dekan yang terhormat selesai menandatangani transkrip saya, orang-orang kemahasiswaan cuman bilang : "Nggak tau, terserah pak dekannya, mbak. Ya bisa aja seminggu, dua minggu..."
Dari jaman saya masih mahasiswa, setengah mati saya pengen cepetan lulus ya biar saya nggak makin tua di kampus gara-gara ngomelin kinerjanya orang-orang kampus ini... Dan biar saya nggak makin numpuk dosa karena terlalu banyak menghujat pimpinan.

Aduh mak... repot amat ya ngurus ginian. Padahal bolak-balik kampus bukan suatu kesenangan tersendiri buat saya lho. Boro-boro nostalgia, lha selama kuliah sampe lulus aja saya ngerasa lebih banyakan kenangan buruknya daripada bagusnya kok.

Well, saya memang suka sama gedungnya yang tua dan historikal (yang btw pernah masuk acara salah satu program TV swasta : Dunia Lain dan Memburu Hantu). Saya juga suka sama ruang kuliahnya yang cozy. Tapi cuman itu aja. Saya nggak suka sama parkirannya, mas-mas tukang parkirnya, wcnya, mbuletisasinya orang-orang kampus, termasuk salah satunya ya pimpinan yang sekarang ini.
Haduh, jadi nambah dosa lagi deh...

Thursday, September 17, 2009

so touched with the gift

See the author's name ? He's my favourite teacher ever. And I have all of the books authorized by him. It helps a lot, especially during orthodontic clinic or profession exam.
10 dari 10 mahasiswa FKG pasti sepakat kalo buku-buku karangan beliau adalah buku dewanya orto. Buktikan sendiri keampuhannya waktu ujian profesi kalo nggak percaya.


Nah, yang bikin saya surprised, waktu saya minta tanda tangan beliau untuk blangko penggelaran drg *secara beliau juga dosen wali saya*, beliau ngasih saya buku ini. Kerennya, saya nemuin tulisan ini di dalemnya. Hwaaaa... jadi makin jatuh hati...harusnya saya minta foto bareng sekalian ya...

Thanks so much doctor. I must be very lucky for being one of your students.

Thursday, August 06, 2009

road to be drg.

Thanks God my Almighty. KHS yang ditunggu sejuta umat sampe orang-orang di subbag pendidikan udah dirasan-rasanin abis-abisan sama anak-anak yang menanti kejelasan kelulusan ini akhirnya keluar juga. Terjawab sudah kekhawatiran saya apakah klinik orto saya yang malang ini bisa lulus ato enggak. Karena setelah menimbang-mengamati-dan melihat kenyataan yang ada kalo 2 pasien saya nggak berprogress alias nggak ada kemajuan yang berarti gara-gara mereka banyak lupanya daripada ingetnya buat pake kawat giginya, saya kok jadi stress sendiri.
Eeee... kok ya untungnya lulus. Padahal orang-orang subbag pendidikan sempat curhat yaaa...sekitar 2 harian yang lalu barangkali, kalo jumlah lulusan angkatan ini luar biasa... sedikitnya. Karena ya itu tadi, banyak yang kecantol di orto.
Nyantol orto ? Ketemu Fira-Vyra lagi lak'an ??? Oh noooooooo....
FYI, mereka memang tampak menggemaskan sebelum mereka jadi pasien saya dan setelah mereka nggak jadi pasien saya lagi. Tapi mereka sering bikin saya gemas menahan emosi kalo mereka lagi jadi pasien saya. Oh tidak, oh tidaaaak...

Yah, God is great. Saya lulus orto, jadi mereka tampak menggemaskan lagi, hehehe...

And soon, I'll put that drg. batch in my name. Sounds ridiculous great eh ?


Ini bukan akhir, tapi awal perjuangan. Gilaaaa... gaya ngomong saya udah kayak Bung Tomo aja *kebanyakan baca Soerabaia Tempo Doeloe*

Friday, July 17, 2009

last day for this semester (amen)

Saya terharu loh. Ternyata ada aja yang ngikutin blog saya dan nyaranin biar blog ini dibikin buku. Makasih yaaa mbak Dhani :) Ya doain aja suatu saat nanti saya bisa bikin buku beneran *kayaknya keren*
Dan semoga buku itu judulnya bukan : Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat. Serem sekali kedengerannya...

Dan bicara-bicara soal terharu... saya juga masih terharu-biru karena akhirnya klinik resmi berakhir hari ini. Semoga lulus. Semoga rekan-rekan seperjuangan juga lulus. Haha, senengnya.... Soalnya saya udah males ketemu sama tukang-tukang parkiran kampus yang nyebelin-nyebelin itu... Saya juga udah capek ditolakin sana-sini waktu nyari pasien buat requirement klinik...
Saran buat adik kelas yang sedang ato akan kuliah di FKG : banyak-banyaklah kalian berdoa biar lulus dengan selamat.

Anyway, hari ini saya bela-belain dateng ke kampus loh. Ya dalam rangka berakhirnya klinik semester ini. Haha... lebay ya ? Tapi kayaknya nggak ada yang spesial. Semuanya biasa-biasa aja. Waktu saya dateng, malah sebagian kubikel masih gelap tak berpenghuni. Kubikel dosen di konser malah masih kosong melompong. Cuman klinik prosto yang lumayan terang. Itupun juga nggak rame-rame amat.
Bener-bener 'pelepasan' yang nggak bertele-tele : nggak ada foto-foto bareng, ucapan perpisahan dari PJMK klinik, peluk-pelukan, apalagi makan-makan.... Hahaha... *ngarep*

Hari ini *sesuai dengan surat edaran dari bagian pendidikan* adalah hari berakhirnya klinik semester ini secara resmi. Semoga semester ini juga jadi yang terakhir buat saya...

Percaya nggak sih kalo tampang kayak gini yang bakal jadi dokter giginya ? Hahaha...

Monday, July 13, 2009

pasien preman part 2

Masih inget sama pasien saya yang preman itu ?

Nah, setelah hampir setahun pasien ini saya cabut dan hampir setahun nggak kedengeran kabarnya sama sekali pasca-saya-cabut itu, hari ini baruuuuu aja pasien ini sms saya. Saya kira pasien ini udah lupa sama saya. Ternyata lha kok masih ada cerita lanjutannya gini.... Dia sms gini nih :

"Hai mbak, apa kabar ? Eh mbak, sudah saya tunggu lama kok gigi saya yang dicabut setahun yang lalu nggak tumbuh-tumbuh ya ?"

Nah, saya bingung deh gimana jelasinnya...
FYI, setahun yang lalu, gigi yang saya cabut adalah insisif kedua PERMANEN rahang atas... bukan insisif sulung.

Saya bales gini : "Iya mas, itu kan gigi tetap. Kalo dicabut ya udah, wassalam... nggak bisa tumbuh lagi."

Belum ada balesan sampe postingan ini dipublish. Barangkali dia pingsan saking shocknya....

Tuesday, June 30, 2009

saya terharu, dok !

Masih inget cerita tentang temen-saya-yang-sebut-saja-namanya-Tompi itu kan ?

Jadi temen saya yang sebut saja namanya Tompi ini paket kliniknya kebalikannya paket klinik saya. Kalo semester ini saya menjalani paket klinik konser-prosto-IKGM, dia sekarang lagi menjalani pedo-OM-perio-BM, paket klinik saya semester kemarin...

Nah, ceritanya ini tentang klinik prostonya si Tompi semester kemarin... Gara-gara hari ini ada salah satu temen yang kena omel (lagi) dari salah satu dosen yang terbilang cukup killer (yang sukanya emang ngomel panjang lebar), makanya cerita tentang Tompi ini baru terungkap hari ini.

Narasumber cerita : "Pokoknya, kalo sama drg. X, cuma Tompi yang bisa naklukin dah."

Kok bisa ?

Well, Tompi ini terkenal memiliki sensitivitas tinggi. Dan nggak kayak cowok-cowok pada umumnya, dia bisa aja nangis di depan umum kalo sampe ada hal-hal yang bikin dia nggak enak hati. Maksud saya, nangisnya di klinik. Di depan pasien dan dosen !!!

Entah mengapa, hari itu Tompi maju ke dosen killer ini. Mau minta acc nih ceritanya... Hebat kan ? Padahal kalo saya sih, mending saya nunggu datangnya dosen dewa daripada maju ke dosen killer. Kecuali kalo yang jaga cuman 1 dosen ini aja, hahaha....

Dan apesnya, suasana hati si dokter lagi nggak enak. Udah killer, pas lagi bad mood pula. Yaudah, alhasil si Tompi diomel-omelin dari A-Z balik ke A lagi... dengan kata-kata yang pastinya menyakitkan hati. In the end, Tompi nangis. Di saat si dokter masih semangat-semangatnya ngomel...

Dokter : "Heh, ngapain kamu nangis ?"
Tompi : "Saya terharu dok !" (sambil masih bercucuran air mata)

Sumpah saya pengen ketawa waktu diceritain ini. Ups, harusnya nggak boleh ya ketawa diatas penderitaan orang lain... ya ampun, sorry ya Tompi.... Anyway, you're still a good friend kok walopun nyentrikmu kadang-kadang kelewatan....

Si dokter langsung speechless. Omelannya langsung berenti saat itu juga. Dia langsung ngambil masker, sarung tangan, dan bantuin Tompi saat itu juga.

Hebat d. Dosen killer ini bener-bener ditaklukkan oleh Tompi ! Ckckckck...

Thursday, June 25, 2009

pokoknya enak !

Hari ini di klinik prosto, entah mengapa yang jaga kok streng-streng semua... Sempat saya liat beberapa temen rada maju mundur buat masuk ke ruang kaca (baca : ruang dosen). Kayaknya daripada kena omelan sabdo-pandito-ratu, mereka milih menunggu waktu yang pas buat masuk ke ruang kaca. Waktu yang pas itu misalnya yaaa... waktu dosen-dosen yang maha-baik-lagi-maha-pemurah itu masuk ruang kaca lah pastinya.

Sambil nunggu dosen-dosen dewa muncul, salah satu temen saya, sebut aja Herlina, nanya-nanya ke temen-temen tentang insersi.

Herlina : "Eh eh, waktu insersi... pasiennya dilatih ngomong apa sih ?"
Sari : "Suruh aja ngomong : satu missisippi sampe sepuluh missisippi... Trus dicek, copot nggak gigi palsunya."
Herlina (panik) : "Lah, kalo copot gimana dong ????"
Sari : "Ya jangan ditunjukin dulu ke dosennya... Ntar kamu malah disuruh cetak ulang."

In the end, dicobalah trial ngomong missisippi ini ke si pasien...
Herlina : "Pak...coba ngomong satu missisippi sampe sepuluh missisippi."
Pasien : "Satu missisippi sampe sepuluh missisippi."
Herlina : "Maksud saya, satu missisippi, dua missisippi, tiga missisippi, sampe sepuluh missisippi gitu lho Pak."
Pasien : "Missisippi itu apa sih mbak ?"
Herlina : "Missisippi itu nama sungai, Pak. Kali, Pak. Kali."
Pasien : "Kok nggak Mas aja ? Lebih gampang."

Herlina : "Halah Pak, Missisippi aja."
Lha kok pake tawar menawar segala... Btw, Mas adalah nama sungai yang menjadi salah satu ikon di kota Surabaya.
Pasien : "Satu missisippi, dua misssippi, ......, zembilan mizzizippi, zepuluh mizzzzziiizzzzipppiii... Zuzah mbak."
Herlina : "Yaudah, kalo nanti bapak ditanya sama dosennya... bilang enak ya Pak..."

Nah, inilah trik yang sering kadang digunakan mahasiswa FKG.... Nggak semua sih, tapi kalo waktu udah mepet, ya apa boleh buat... Terpaksalah jurus ini dikeluarkan.

Ngomong-ngomong tentang 'jurus-kerja-sama-yang-baik-antara-operator-dan-pasien' ini, saya jadi keinget salah satu cerita dari senior saya. Ceritanya, pasien full denture ini dipake bertujuh sama temen-temennya yang lain. Jadi akhirnya si pasien punya 7 pasang gigi palsu. Hebat tuh. Ntar si pasien bakalan punya gigi palsu khusus hari Senin...Selasa...Rabu... hahaha... Hebatnya lagi, pasien ini sangat amat kooperatif.

Ceritanya, biar nggak ketauan dosen, si pasien didandanin dulu tiap pindah operator. Kalo pas lagi dipake sama senior saya ini, si pasien dipakein kopiah ala kiai. Ditambah tasbih biar meyakinkan.

Nah, di hari insersi... senior saya ngerasa ada yang salah sama full denture bikinannya. Si pasien jadi cadel alias pelat. Susah ngomong huruf S dan R. Artikulasinya serba nggak jelas. Jadilah senior saya ini kongkalikong sama pasien ~yang emang kooperatif banget itu~

Senior : "Pak, kalo dosennya tanya, bilang : ENAK ya Pak... Wis, pokoknya bilang ENAK aja, jangan yang lain."

Trus, dipanggillah dosen jaga.

Dosen : "Coba bapak ngomong : sepuluh, sebelas, dua belas, tiga belas..."
Pasien : "ENAK !"
Dosen : "Lho... ngomong dulu pak. Sepuluh, sebelas, dua belas..."
Pasien : "ENAK DOK ! ENAK !"

Si dosen bingung sendiri. Dikiranya, si pasien agak-agak budek. Tapi karena si pasien bilang enak, ya diacc lah kerjaan senior saya itu...

Tips dari senior saya : Cara ini hanya boleh diterapkan kalo keadaan benar-benar sangat genting dan nggak merugikan pasien tentunya.

Wednesday, June 24, 2009

profession exams : done

Kemarin, diakhiri dengan ujian profesi konservasi gigi... akhirnya parade ujian profesi saya resmi berakhir. Well... thanks God my almighty dan thanks buat Lia dan Joy atas kontribusinya minjemin saya hand out konser hari H-15 jam sebelum ujian... Sekedar info, saya baru belajar jam 10 malam... Itupun kepotong jam tidur 8 jam. Jadi kalo dikalkulasi sih, sebenernya saya cuman belajar 2 jam nett, hahaha...

Kok ya untungnya lulusss....

Cerita-cerita tentang ujian profesi... berikut adalah list ujian profesi mulai dari yang terserem versi saya :
1. Bedah mulut : 2 ujian vs 2 dosen penguji. Yang bikin kerasa serem sih karena ini adalah ujian profesi saya yang pertama. Dan hasil ujian enggak bisa ditebak kecuali kalo terusir dari luar ruangan ato tiba-tiba si dosen matiin radio (yang berarti : nggak lulus).
Ada cerita dari salah satu temen tentang ujian profesi BM. Ceritanya, si temen ini diuji oleh drg. X dan drg. Y yang konon killer karena banyak mahasiswa yang nggak lulus kalo diuji beliau.... Nah, waktu si dokter ini nanya, temen saya berusaha jawab dengan sebaik-baiknya... sampai entah dimana, dia mulai lupa-lupa-inget sama jawabannya.... alhasil, kalimat yang semula lancar, mulai tersendat-sendat.... kening si dokter mulai berkerut.
Temen saya mulai ngerasa ada firasat buruk. Apalagi si dokter sudah mulai mengusap keningnya berkali-kali dengan tampang stress waktu denger jawaban temen saya...
dan tiba-tiba....
*ceklek*
si dokter matiin radio yang ada di sampingnya
Temen saya langsung dinyatakan nggak lulus.
SEREM KAAANNNN....

2. Ortodonsia : Ini adalah satu-satunya departemen yang ngadain ujian dengan 1 mahasiswa vs 1 dosen penguji tanpa notulen. Bayangin aja... ujian berdua aja udah kerasa serem, apalagi sendirian. Apalagi form diagnosa yang harus diisi tuh nggak dikasih format, alias kosongan. Cuman ada tempat buat nggambar disain piranti... sisanya ??? KOSONG !!!! Bayangkan kalo dikombinasi dengan otak yang kosong juga, hasilnya bakal prognosa buruk. Sangat buruk. Apalagi kalo dosen pengujinya nggak toleransi. Alamat tewas.

3. Oral medicine : Tau sendiri lah kalo apalan di OM ini SANGAT BANYAK. Apalagi pas dikasih kasus, saya sempat blank beberapa saat. Bingung mau nulis apa.... Dan biasanya, waktu ujian, pertanyaannya bakal kemana-mana. Maksud saya, kemana-mananya tuh BENER-BENER kemana-mana... sampai ke respon imun atau semacamnya segala. Jadi kalo nggak belajar bener-bener, yaaa... bakal belepotan kayak saya :p Saya lulusnya cuman lulus hoki d kayaknya. Lha ujian profesi saya belepotan begitu, hehehe....

4. Prostodonsia : 90% pertanyaan yang diujikan tentang partial denture... Sementara saya nggak terlalu bisa mendisain partial denture dan baru belajar nggambar klamer sehari sebelum ujian. Hand out aja semuanya minjem Mita. Tebelnya 8 cm. Pasti nggak selese kalo saya bacain semua... Jadi saya cuman baca-baca ala kadarnya. Entah kenapa, saya dan partner ujian bener-bener beruntung waktu itu karena dosen penguji kita bukan tipe dosen yang suka mempersulit mahasiswa. Saya cuman ditanya-tanya seputar disain piranti utama dan alternatif, lainnya hampir nggak dibahas sama sekali. Hehehe~

5. Konservasi gigi : Karena kebetulan 2 penguji saya sama-sama menyenangkan dan nggak mempersulit, saya nggak terlalu deg-degan waktu ujian di departemen ini. Apalagi bahan ujian diambil dari kasus pasien saya di klinik. Jadi ujiannya tuh lebih bisa dikatakan : pertanggungjawaban kasus di klinik. Nggak seribet departemen lain pastinya :p

6. Periodonsia : Lagi-lagi faktor keberuntungan. 1 dosen penguji vs 4 mahasiswa. Kontras sekali dengan kliniknya yang bikin cekot-cekot, ujian profesinya bener-bener lancar... dapet nilai A lagi, huehehehehe~

7. IKGM : 2 penguji vs 4 mahasiswa. Belepotan sih, tapi lulus lancar :p

8. Kedokteran gigi anak : Bandrolnya sih bukan ujian profesi, tapi diskusi. Mana dosen penguji pembimbing saya orangnya lucu banget. Cantik dan nggak nyinyir kayak nenek sihir. Gosipnya sih dulu emang beliau nih ratu angkatan. Udah cantik, baik lagi. Jadi waktu saya nggak bisa jawab, paling cuman disenyum-senyumin aja....

5 tahun kayaknya udah cukup bikin saya stress di sini. Dan saya nggak pengen nambah lagi :p

Wish me luck, buddies !

Wednesday, June 17, 2009

slogan kampanye capres

Ada hal menarik di klinik seputar slogan kampanye capres kali ini... And it was happened in pedo clinic. Ini cerita dari salah satu temen saya tentang pembicaraan para dosen di ruang instruktur waktu dia mau minta acc di buku nilai.

Drg. X : "Wah... kalo lebih cepat lebih baik kan malah gawat sih... Nanti kerjaannya salah semua, lha wong pengennya cepat-cepat aja."
Drg. Y : "Iya. Kalo aku sih lebih seneng yang : lanjutkan ! Jadi walopun nggak lulus, ya tetep... lanjutkan !"


Walopun sebenernya saya nggak terlalu ngerti politik, dan mungkin dosen-dosen itu juga awam politik, tapi obrolan ini bisa jadi lucu kalo dianalogikan sama klinik.

Monday, June 15, 2009

let's call it : a miracle

Hari ini, di klinik orto, saya kontrol dengan seorang dosen, sebut saja drg. Mul.

Well, selama 2 tahun klinik orto, belum pernah satu kalipun saya kontrol ke drg. Mul. Secara ini edisi perdana, wajar dong kalo saya deg-degan... Tambah stress lagi karena saya jarang banget liat dokter ini tersenyum.

Denger-denger sih, kalo kontrol pasien ke drg. Mul, pasti luamaaaaa. Alhasil, saya titipin pasien saya ke salah satu temen dengan pesan kilat : "Kalo 15 menit lagi aku belum keluar-keluar dari kubikel dosen, tolong pulangin pasienku ke sekolahnya ya."

15 menit kemudian... diskusi kontrol saya nggak menunjukkan tanda-tanda bakal selesai. Temen saya udah ngasih kode kalo dia bakal mulangin si pasien.

30 menit... masih belum ada tanda-tanda selesai. Diskusi semakin alot rasanya. Dan tiap kali jawaban saya nggak memuaskan beliau, rasanya kerutan di dahi si dokter nambah lagi segaris. Sampai akhirnya dahi drg. Mul rasanya penuh kerutan semua... OMG, beliau pasti stress berat diskusi sama saya. Lha rasa-rasanya, nggak ada satupun jawaban saya yang memuaskan beliau. Soalnya bolak-balik beliau mengeluh : "Aduh mbaaaaakkk...... coba dong saudara logika..."

Sampai akhirnya...

...hampir 1 jam kemudian...

Drg. Mul : "Ya sudah, saya skip semua etiologi dan lain-lain ini... sekarang saya tanya... apa evaluasi perawatan pasien saudara ?"
Saya : "Multipel diastemanya tetap dok, nggak ada perubahan. Tapi jarak gigitnya sudah normal dari yang sebelumnya 1 milimeter berkurang."
Drg. Mul : "Oke, sekarang kita cek di pasien saudara."

OMG ! Pasien saya kan udah saya pulangin ! Dari hampir satu jam yang lalu !

Sementara itu, si dokter udah siap-siap berdiri...

Dengan panik, saya bilang kalo si pasien udah saya pulangin.

Si dokter melotot. Kacamatanya sampe melorot dari matanya. Ngamuk banget kayaknya. "Memangnya saudara sudah minta ijin saya waktu memulangkan pasien ?"
Dan mendadak kerutan di dahinya nambah lagi. Kali ini udah bersetrip-setrip saking banyaknya...

Saya minta maaf. Tapi si dokter kayaknya tetep keukeuh nggak mau ngasih nilai kalo si pasien nggak muncul.
Akhirnya saya kejar si dokter dan minta ijin buat jemput pasien saya lagi. Beliau ngomel-ngomel. Lamaaaaa gitu. Sampe saya bolak-balik ngelirik jam. Apa ya masih sempat kalo harus jemput pasien lagi...

DAN DI SITULAH KEAJAIBAN TIBA-TIBA TERJADI...

Walopun masih sambil ngomel-ngomel, tiba-tiba aja beliau ngambil map saya dan ngasih tanda tangan acc di map itu.

Drg. Mul : "Sudahlah. Nggak saya perpanjang lagi masalah ini. Saudara mau nilai berapa ?"
OH MY GOD, TERPUJILAH ENGKAU DI SURGA, DOKKKK !!!

Saya : "Terserah dokter aja mau ngasih saya nilai berapa..."
Drg. Mul : "Satu menit saudara nggak jawab, saya tinggal nih. Nggak saya nilai."
Saya : "40 aja dok."

Kalo di klinik, 40 itu udah nilai mati. Alias nilai paling rendah. Tapi tau nggak sih berapa yang ditulis beliau di map saya ???

65 !

Beliau ngomong gini ke saya : "Saudara tau nggak sih ? Saya tuh nggak pernah tega ngasih nilai 40."

Dan beliau ngomong gitu sambil tersenyum ! Ternyata senyumnya maniiiiissss banget.
Huhu, saya kok baru nyadar sekarang sih kalo aslinya tuh beliau baik banget...

Thursday, June 11, 2009

dapet 75

Waktu saya lagi bantuin salah satu temen penetapan gigit di klinik prosto, salah satu rekan seperjuangan ujian profesi IKGM dateng dengan berita membahagiakan :

"Mil, profesi IKGM mu dapet 75 lho."

Wow, dapet A dong ? Hahaha...
Mengingat jawaban saya yang hina-dina yaitu : mentri kesehatan ~yang sempat bikin 2 dosen penguji takjub terperangah~ kok kayaknya nilai 75 itu terlalu amazing and unbelieveable....

Monday, June 08, 2009

biar nggak ketelan

Hari ini sih saya niatnya kontrol pasien full denture. Si mak udah dateng dan duduk di dental chair. Tinggal manggil dokter jaga buat ngecek.

Akhirnya saya masuk ke ruang kaca (baca : ruang dosen jaga di klinik prosto). Ada 3 dosen disitu. Semua lagi asik nonton tv. Dan pas saya bilang mau kontrol, mereka bertiga pada rebutan nanya-nanyain saya...

Dan sampailah pada pertanyaan puncak.... *soalnya dosen sasaran saya udah siap-siap berdiri mau ngeliat pasien saya*

...jreng-jreng-jreng...

"Kenapa sih gigi palsunya harus dilepas kalo tidur ?"

Saya (reflek, spontan, dan mantap menjawab) : "Biar denturenya nggak ketelan, dok."

Tiga dosen ini rame-rame ketawa sambil ngeledekin.
"Duuuuhhh....ada-ada aja ya mahasiswa yang nggak bisa jawab pertanyaan gampang kayak gini..."
"Aduh aduh... sapa tuh yang ngajarin kayak gitu..."
"Ya Tuhaaan...."

Rame lah pokoknya. Saya cuman senyum-senyum ala kadarnya kayak sapi.

Ternyata, apa coba jawabannya ?
Biar gusi si pasien bisa istirahat !

Tapi kalo dipikir-pikir, biar nggak ketelan kan masuk akal juga yah.... Huehuehuehuehue....

(tips buat temen-temen nih kalo mau maju kontrol :p)

Thursday, June 04, 2009

mentri kesehatan

2 jam pasca ujian profesi IKGM... IKGM itu ilmu kesehatan gigi masyarakat. Nama kerennya sih : PH (Public Health). Departemen yang mengirim saya kerja lapangan di Karangploso 2 minggu kapan hari itu....

Nah, hari ini saya ujian profesi di departemen itu.

Jam 12, saya dan 3 temen lainnya udah nunggu di depan ruang dosen. Yup, ujian di bagian ini emang rata-rata berempat. Berhubung 2 dosen penguji kita masih di luar kampus, kita berempat belajar dengan metode quick reading karena bahannya yang super-duper-banyak! Bayangin aja, dari semua sub bab di IKGM, satupun nggak ada yang tuntas saya kuasai kecuali cara nyurvei dan nyusun diagram fish-bone. I heart you, Ishikawa*
*) istilahnya diagram fish-bone tuh : fish-bone Ishikawa.

Jam 1 lebih 15 menit, dosen penguji baru muncul. Kita berempat sudah ngantuk setengah mati *secara jadwal ujian udah molor 1 jam 15 menit dari waktu yang dijadwalkan* Dosen penguji juga (kayaknya) udah ngantuk. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan jadinya cuman quick questions seputar puskesmas. Itupun, kita masih belepotan jawabnya. Apalagi pas disuruh ngejelasin tentang alur rujukan puskesmas.

Kalo bikin surat rujukan sih, saya tahu. Di OM juga diajarin soalnya.
Tapi kalo diagram alur rujukan puskesmas ? Hmmmmm.....

Setelah berpikir lama. Lamaaaaaaaaaaaaa sekali dan nggak nemu-nemu jawabannya, kita berempat dikasih gambar dan disuruh ngejelasin tentang diagram yang ada di gambar. In the end, dosen penguji nanya :
"Berdasarkan alur rujukan, abis laporan puskesmasnya jadi dan dikirim ke dinkes, sama dinkes dikirim ke mana sih ?"

Kita berempat diem. Lumayan lama juga diemnya. Dosen penguji makin keliatan ngantuk.

"Ke presiden ?" tanya salah satu dosen sambil noleh ke saya *of course, with her sleepy eyes*

Saya panik. Soalnya saya bener-bener nggak tahu kemana laporan itu mesti dikirim. Kalo ke dinkes sih saya tahu. Tapi abis ke dinkes, kemana lagi ya ???
"Erm, ke mentri kesehatan, dok." saya menjawab refleks, asal aja.

"HAAAAHHH ???? MENTRI KESEHATAN ????"
Saat itulah baru 2 dosen penguji nggak ngantuk lagi.

Kalo ujiannya kayak gini, kira-kira saya bakal lulus nggak ?
*doakan saya lulus ya temen-temen...*

Tuesday, June 02, 2009

just another funny story while in clinic

Abis ngobrol bareng temen-temen yang barusan pulang PH, saya kok jadi kangen pengen PH lagi ya... Hahaha, kangen sama makan-makan dan jalan-jalan terus nih di sana *ups, semoga dosen-dosen IKGM itu nggak ada yang baca :p* Hebatnya, baru 2 minggu saya pulang ke Surabaya balik ke klinik, berat saya udah turun 2 kilo. Haha, nggak asik ah. Masa abis PH naik sekilo, baru 2 minggu klinik turunnya 2 kilo. Yah, emang saya nggak berjodoh sama timbangan barangkali...

Well anyway, ada cerita nih dari salah satu temen saya, sebut aja namanya Ria. Ceritanya, si Ria ini baru pulang PH di daerah rayon 3. Tadi pas di klinik, dia cerita-cerita tentang kepala puskesmasnya yang nyentrik abis.

Ria : "Dokternya sih baek bangeeeettt.... Tapi anehnyaaaa... pas aku ke rumahnya *dianter ambulans puskesmas*, tau nggak sih, rumahnya itu loh... bener-bener nggak mirip tempat praktek !"

Temen-temen yang pada heboh ndengerin : "Lho... kok bisa ???"

Ria : "Aku sampe sempet nanya sama pak sopir ambulansnya : "Lho Pak, bener tah ini rumahnya dr. XXXX ???", pak sopirnya bilang : "Iya bener kok mbak, tuh plang prakteknya" *nuding ke plang praktek si dokter* Tapi lha kok tulisan yang paling mencolok di sana tuh : STUDIO MUSIK. Lak ya nggak mirip tempat praktek kaaaannn...."

Temen-temen yang pada heboh ndengerin : *manggut-manggut*

Ria : "Nah, pas masuk ke rumahnya, di dalem tuh ada buanyaaaak banget piala."

Temen-temen yang pada heboh ndengerin : "Ya nggak heran lah Ri... dokternya kan dokter teladan. Ya pasti banyak to penghargaannya."

By the way, dokter kepala puskesmas ini emang konon kabarnya adalah salah satu dokter teladan se Indonesia.

Ria : "Lha, aku juga mikirnya gitu. Pas aku baca tulisan di piala-pialanya... eee... tulisannya gini : Juara lomba berkicau. Lhaaa... kok jadi juara berkicau seeee ???"

Temen-temen yang makin heboh dengerin : "Terus terus ???"

Ria : "Ternyata pialanya tu piala kontes burung semua. Aneh kaaaannn.... Secara dia dokter teladan gitu loh."

Kesimpulannya : Mungkin piala penghargaan dokter teladannya tersimpan di puskesmas barangkali... Hahaha...

Ngomong, ngomong soal teladan... bapak kos saya di Karangploso tuh petani teladan lho se kabupaten Malang. Tapi pialanya diumpetin sampe udah debuan semua. Malu katanya.
*saya jadi bingung d. Kok bisa malu sih jadi petani teladan ? Bukannya membanggakan ya harusnya...*
Btw, ngomong-ngomong lagi soal bapak kos... Si bapak ini rajin banget loh. Abis sholat subuh, si bapak pasti langsung ke kebunnya ngangkutin kayu-kayu *kayu gede loh ! Bukan ranting* buat dijual.
Ya nggak heran kalo si bapak jarang sakit walopun udah 65 tahun. Malah masih six-pack lagi ! Huaaaa... jadi pengen PH lagi....

Thursday, May 28, 2009

kebab sesajen

Kalo ntar saya lulus dokter gigi, saya pasti kangen sama kejadian-kejadian lucu di klinik... Misalnya aja di klinik konser. Sebenernya ini pengalaman dari temen saya sih. Sebut saja Riva.

Nah, pasien full cast crown si Riva ini bapak-bapak, umurnya udah 59 tahun, sebut saja Pak Abdul.
Abis dirawat, udah jadi tradisi di FKG kalo biasanya kita ngasi uang jajan buat si pasien demi menjaga kekooperatifan pasien pada umumnya dan pada khususnya. Kalo pasien anak-anak sih, saya bahkan harus turun tangan nemenin mereka makan di kantin. Tapi kalo pasiennya udah bapak-bapak sih, biasanya cuman saya kasih salam tempel aja. Kayaknya kok nggak lazim aja nganterin pasien bapak-bapak makan di kantin kecuali kalo si pasien udah uzur banget...

Tapi si Riva ini turun tangan buat nganterin Pak Abdul makan di kantin abis dirawat... Ckckckck, salut deh !
Riva : "Mau makan apa Pak ?"
Pak Abdul : (setelah mengedarkan pandangan ke seluruh counter di kantin) "Kebab aja mbak."

Anehnya, tiap dateng buat dirawat, Pak Abdul ini selalu minta kebab sebagai sesajen. Saya pikir-pikir, si bapak ini kayak anak-anak aja deh.

Nah, Riva cerita juga. Pernah suatu hari counter kebab lagi libur alias nggak jualan.
Riva : "Wah, kebabnya lagi nggak jualan, Pak. Lainnya aja ya ? Soto ? Nasi ?"
Pak Abdul : (keukeuh) "Kebab aja mbak."
Riva : "Kebabnya lagi nggak jualan Pak..."
Pak Abdul : "Kalo gitu, nggak usah deh mbak." (pasang tampang ngambek)

Belum lagi si bapak ini sering banget bertingkah kayak anak-anak waktu lagi dirawat. Misalnya aja tiba-tiba bilang : "Mbak, saya capek !"

Lha kok rewelnya ngalah-ngalahin pasien pedo gini.... Hahaha~

Dan nyambung ke pedo, saya juga diceritain sama temen saya yang sekarang lagi klinik pedo. Jadi ceritanya, sekarang di klinik pedo, prosedurnya bukan mahasiswa langsung minta acc ke dosen kayak jaman saya klinik pedo semester kemarin... Tapi, mahasiswa harus nunjukin ke PPDGS pedo (senior yang lagi ngambil spesialis pedo) dulu sebelum nunjukin ke dosen.

Nah, ada satu temen saya, sebut aja Tompi.
Dan ada satu PPDGS pedo, sebut aja mas Glenn.

Mas Glenn ini ceritanya udah kapok banget ngeladenin si Tompi, yang menurut dia... ajaib. Ceritanya... hari itu si Tompi mau minta acc buat diagnosa. Nah, mas Glenn nyaranin gini : "Dek, coba yang karies besar di situ difoto dulu." Maksudnya sih, buat menegakkan diagnosa. Well, sama Tompi, difotolah si pasien...

...dan yang dirontgen, bukan cuman gigi yang karies besar aja, tapi HAMPIR SEMUA REGIO !...
Dan abis moto si pasien, si Tompi langsung maju ke dosen tanpa sepengetahuan mas Glenn.

Otomatis si dosen shock ngeliat foto segitu banyak.
Dosen : "Tadi kamu nunjukin ke PPDGS siapa ???"
Tompi : "Ke mas Glenn, dok."

Alhasil, dipanggillah mas Glenn untuk menghadap. Dan mas Glenn cuman bisa pasrah waktu diomelin sama dosen. Ternyata, usut punya usut, waktu ditanyain perihal ide-foto-segitu-banyaknya itu, si Tompi cuman bilang :
"Biar lengkap dok diagnosanya !"

Ide yang bikin orang geleng-geleng kepala saking bingungnya ! Termasuk mas Glenn yang sejak saat itu sudah menubuatkan kalo dirinya kapok ngeladenin anak 2004 yang namanya Tompi.

Wednesday, May 27, 2009

surat cinta buat drg. budi

By the way, ini bukan judul cerpen ato novel tahun 80'an... Tapi.... *)
(silahkan scroll ke akhir postingan sampe nemuin tanda itu deh)

Ngomong-ngomong soal ujian profesi orto kemaren, well... enggak tau apa yang saya pikirin waktu ujian, yang jelas : saya sempat blank beberapa saat. Dan jujur aja, saya ngerasa sungkaaaaannnn banget sama dosen penguji saya yang ngomong-ngomong... adalah salah satu dosen favorit saya di kampus. Udah pinter, berwibawa, sabar, intinya : saya kagum banget sama dosen ini. Dan kekaguman ini bener-bener bikin saya menaruh hormat (eh... kok kesannya kayak upacara bendera ya... diganti aja deh bahasanya : respek) begitulah sama dosen ini.

Kita sebut saja beliau : drg. Budi

Nahhh... walopun bukan pertama kalinya saya berhadapan dengan drg. Budi, tetep aja saya ngerasa sungkan kalo berhadapan dengan beliau. Gimana yah... Yang pertama, drg. Budi ini bener-bener berilmu dan rajin belajar. Jadi berasa saya nggak ada apa-apanya kalo lagi berhadapan dengan beliau. Ohya, ngomong-ngomong, saya jadi (agak) rajin searching jurnal-jurnal di internet juga gara-gara ketularan semangat belajarnya drg. Budi ini...


Yang kedua, drg. Budi ini orangnya bener-bener berwibawa (kayak ada aura yang bersinar-sinar di belakangnya gitu...) Temen-temen yang pernah ketemu drg. Budi pasti sepakat sama pendapat saya yang satu ini. Salah satunya :
ning ini deh.

Yang ketiga, ini sih menurut saya loh ya... Drg. Budi ini orangnya bener-bener ngayomin. Kalo lagi ngobrol sama beliau, serasa ngobrol sama bapak sendiri. Ya emang sih, selama ini saya cuman ngobrol sebatas klinik dan kontrol aja sih sama beliau, belum pernah ngobrol tentang masalah personal yang sampe gimanaaaa gitu, tapi itupun udah kerasa ayem di hati. Tau kan maksud 'gimana'nya ??? Begini... ada 1 temen saya di FKG, sebut aja miss X, yang kayaknya akrab secara personal gitu sama dosen-dosen. Sampe kadang pake cium tangan segala kalo ketemu. Menurut saya *eh, ini menurut saya loh ya...* kayaknya miss X ini terlalu gimanaaaaaa gitu. Biasa aja po'o rek !
Saya aja belum pernah cium tangannya drg. Budi *ngarep sih... dalem hati aja tapi ngarepnya, hehehe... By the way, obsesi terbesar saya sampe detik ini bukan (cuman) cium tangan sih, tapi foto bareng beliau. Haha... Ini tulus loh dari dalam hati*

Kembali ke ujian profesi. Intinya, saya jadi makin sungkan sama beliau gara-gara waktu ujian... ditanya apapun, saya pasti mikir dulu. Lamaaaaaa gitu. Nggak bisa langsung tak-tek jawabnya. Begitu mata kami beradu *halah!*, pokoknya begitu mata saya menatap wajah drg. Budi, ditambah lagi aura ruang ujian profesi yang mistis bener-bener nggak bikin saya rileks, alhasil saya jadi salah tingkah sendiri. Akhirnya, koordinasi otak saya macet. Udah dipancing-pancing juga padahal... In the end, kok kayaknya jawaban saya nggak ada yang bikin drg. Budi sreg ya....

Padahal di klinik, saya juga pernah kontrol ke drg. Budi...
...pernah diskusi juga...
...pernah nanya-nanya (dan dijawab dengan baik oleh beliau) juga...
...dan jujur aja, saya nggak pernah berani maju kontrol ke beliau kalo emang saya belum siap belajar. Daripada bikin ilfeel orang yang saya kagumi.

Tapi kok sempat-sempatnya saya blank kemarin ? Sampe sekarang saya juga masih bingung : Kok bisa ? Kok bisa ? Kok bisa ???
Apa karena ini pertama kalinya saya ujian profesi sendirian ya ? *btw, ujian profesi BM, perio, OM yang udah saya lewatin, semuanya berpartner, entah itu berdua ato berempat, yang pasti, saya nggak duduk di 'kursi panas' sendirian...*

Jujur aja, sampe sekarang saya masih stres kalo mikirin itu...

Awal-awalnya sih masih lancar... Tapi sejak saya salah jawab untuk pertama kalinya, pertanyaan-pertanyaan berikutnya jadi terasa susaaaaaah banget dicari jawabannya. Padahal pertanyaan-pertanyaan itu sering saya dapat di klinik dan seharusnya (kalo saya bisa mikir dengan lebih tenang) saya tahu jawabannya. Tapi kenapa kok kemarin itu saya keliatan goblok banget di depan beliau ? Hiks... *nangis, bukan cegukan*

Dari hasil diskusi 2 harian ini sama temen-temen seangkatan, mereka nyaranin saya buat retake ujian ini kalo emang dikasih kesempatan retake... Toh nggak ada ruginya, kata mereka. "Kalo dikasih kesempatan, ya ambil lagi aja. Siapa tau dapet lebih bagus. Toh yang diambil ya nilai terbaik. Kalopun dapetnya lebih jelek ya nggak apa lah, kan udah lulus."

Tapi pas saya ketemu sama seorang senior, dia malah nggak nyaranin buat retake. "Buat apa diambil lagi dek ? Kalo aku jadi kamu sih, aku udah syukur-syukur banget bisa lulus. Berapapun nilainya."

Dalam hati sih, saya emang pengen retake kalo boleh... Bukan masalah nilai sih sebenernya... cuman saya pengen memperbaiki kesalahan dalam performance saya *halah!* yang kemarin aja sih kalo seandainya diuji lagi sama beliau. Eh siapa tau dapet kesempatan foto bareng.
*loh, kok jadi ngarep terus sih ???*

*) Postingan ini sengaja saya kasih judul ini, karena abis saya baca-baca lagi, kok postingan ini jadi mirip surat cinta ya ? (o^.^o~) tersipu-sipu... ~lagi jatuh cinta mode on~

Sunday, May 24, 2009

sehari sebelum ujian profesi orto

Harusnya sih sekarang ini saya belajar orto. Secara kurang dari 24 jam lagi saya bakal menjalani ujian profesi orto.

Ortodonsia. Bahasa awamnya sih : perataan gigi. Orang-orang bilangnya sih : kawat gigi. Dan ilmu kawat-mengawat ini menurut saya (eh, ini menurut saya loh ya...) rada-rada susah. Soalnya aplikasinya di dunia kedokteran gigi nggak 100% theory-based, tapi 50-50 sama yang namanya logika.

Jadi kalo lagi bikin rencana perawatan dan tiiiiiit.... tiba-tiba yang namanya otak lagi nggak pas di tengah, alias logika lagi nggak jalan, jawaban yang muncul bisa aneh-aneh.

Kayak pas di klinik jaman klinik orto 1 dulu... alkisah waktu saya analisa kasus ~yang notabene mirip-mirip sama ujian profesi~, saya sempat terlibat diskusi yang cukup menegangkan (dan lumayan horor buat saya) dengan salah satu instruktur...

Dosen : "Jadi apa diagnosanya ?"
Saya : "Maloklusi klas I Angle disertai berdesakan anterior rahang atas, dok."
Dosen : "Rencana perawatannya ?"
Saya : "Koreksi berdesakan, dok."
Dosen : "Lha iya saya tau... diapain berdesakannya ? Diliatin tok trus sulapan gitu langsung giginya rapi sendiri ?"
Saya : "Ditarik kawat dok."
Si dosen kayaknya agak geregetan gitu sama jawaban saya. Saya makin grogi. Jawaban makin ngawur.
Saya : "Eee... pake kantilever tunggal, dok."
Kantilever tunggal itu kawat buat narik gigi ke samping... Biasanya kalo giginya rada miring dan mau dikoreksi, bisa di'tabok' pake kantilever tunggal ini. Tapi ngomong-ngomong, kok jadi ngaco gini jawaban saya... lha gigi berdesakan kok malah mau ditarik kantilever tunggal. Ditarik kemana coba secara tempatnya aja nggak ada....
Dosen : "Kamu mau bikin maloklusi baru ya ?"
Saya : "Erm... pake pegas coffin, dok." (cepet-cepet meralat. Takut si dokter makin murka)
Pegas coffin itu buat nyari tempat dengan cara melebarkan rahang lebih ke depan. Logikanya sih, kalo gigi berdesakan dan butuh tempat, ya bisa pake pegas coffin ini.... Tapiiii... ada tapinya nih....
Dosen : "Bukannya pasienmu ini maloklusi klas I ??? Mau mbokbikin mrongos ta pasienmu ? Jadi klas II gitu ? Klas II divisi 1 ???"
Nah, makin paniklah saya... makin saya panik, makin nggak bisa mikirlah saya... makin nggak bisa mikir, makin kacau lah jawaban saya...

Jadi gimana ya... kalo ditanya deg-degan apa enggak, ya jujur aja sekarang ini saya deg-degan. Banget !
Doakan saya lulus ya besok :)
Wish me luck, buddies !

*haha, udah cukup d refreshingnya. Now, back with those orthodontic-books again*

Friday, May 22, 2009

map ilang ? tanya paranormal aja

Rabu kemaren, instruktur prosto yang nge-acc saya keburu pulang. Makanya saya mau mintain hari ini. Dan eng ing eng.... hari ini map prosto saya udah nggak ada di tempatnya. Bayangin ! 1 map berisi buku nilai dan lembar presensi. Ilang gitu aja. Padahal saya yakin seyakin-yakinnya kalo saya selalu naruh map itu di box yang ada di ruang dosen kayak biasanya dan nggak pernah bawa-bawa pulang map. Dan kabar buruknya, rekapan terakhir saya tuh seminggu sebelum saya berangkat PH. Jadi ya kalo positif nggak ketemu, salah satu instruktur udah ngasi ultimatum kalo saya harus ngulang tahapan-tahapan yang belum kerekap. Omaigoddddddd.....

Saya bukain semua map yang ada di box satu-satu. Nihil.
Saya bukain lemari loker yang ada di tiap kubikel satu-satu. Nihil.
Saya tanya sama suster-suster di prosto. Nihil.
Saya sampe dibantuin Ega sama Resita buat bongkar-bongkar di ruang dosen sama sakklinik prosto. Nihil. Anyway, thanks to you guys udah repot-repot mbantuin saya nyari walopun akhirnya ya tetep nggak nemu.

Hampir sejam saya udah kayak orang edan keluar masuk ruang dosen mbongkarin semua box, salah satu instruktur ngedatengin saya....

Drg. X : "Nyari apaan Mil ?"
Saya : "Map saya ilang dok."
Drg. X : "Ah, keselip kali..."
Saya : "Nggak ada dok... sudah saya bongkar-bongkar 2 kali ini."
Drg. X : "Udah nanya suster ?"
Saya : "Udah dok. Nggak ada katanya."

Drg. X : "Kebawa temenmu barangkali ?"

Nah ini yang paling horor. Gimana kalo bukan kebawa tapi sengaja dibawa alias dicuri ? Huahhh... jangan donggg....

Drg. X : "Tiap tahun kenapa mesti adaaaaaa aja yang mapnya ilang. Coba kamu tanya paranormal aja."
Saya : "Hah ? Paranormal dok ?"
Drg. X : "Iya, paranormal. Tapi kalo menurut saya sih, pasti dibawa sama temen kamu."
Saya : "Masa sih dok ?"
Drg. X : "Iya... pasti dibawa sama temen kamu." (nada yakin)

Ngomong-ngomong soal paranormal, nggak tahu beneran ato cuman bercanda, nggak cuman dosen saya aja yang nyaranin ke paranormal, tapi hampir semua temen yang saya tanyain tentang tragedi map saya yang ilang ini nyaranin buat ke paranormal juga. Dan karena nggak punya kenalan paranormal, iseng-iseng saya nanya ke salah satu temen saya yang konon punya bakat cenayang. Kan mirip-mirip toh sama paranormal...

Saya : "Kira-kira mapku kemana ya ?"
Temen saya yang konon punya bakat cenayang : "Temen kita kok Mil yang ngambil... Ntar d Mil aku terawangin lebih lanjut. Sekarang aku masih ada pasien."

Jadi sambil nunggu waktu buat konsultasi sama dia, saya cuman bisa pasrah sambil melakukan advokasi ke instruktur-instruktur buat ngacc kerjaan saya yang belum kerekap di....

...selembar kertas loose leaf

Lha gimana lagi, wong buku saya ilang...

Nah, ceritanya... pas jeng ini baru selese AK konser, dengan heboh saya langsung cerita tentang raibnya map prosto saya... Dan dengan nyantenya, jeng ini malah bilang gini :
"Ooo... kamu siiiiih ga tanya sama aku. Mapmu udah kuselametin. Kapan hari ketinggalan di kubikel Mil !"

Saya langsung takjub. Dosen saya ternyata bakat cenayang juga... Dan temen saya yang konon kabarnya bakat cenayang itu... ternyata emang bakat beneran. Dan buat jeng ini, makasih ya jeng, eh ning, atas usaha penyelamatannya yang bener-bener heroik. Coba kalo tuh map nggak diselametin. Bisa ilang beneran barangkali...

Wednesday, May 20, 2009

AK konser

Pulang PH dan mbalik ke klinik lagi, serasa dari surga jatuh lagi ke bumi. Hahaha, beneran nih... Biasanya jam segini, saya masih nyantai-nyantai di kos di Karlos sana sambil tidur siang ato maen mystery cookbook ato nonton tv ato jalan-jalan kemana gitu...

Sekarang saya mesti klinik dan anter jemput pasien lagi, hahaha... Njeglek banget kan bedanya. Kayak langit dan bumi.

Kemarin saya AK (analisa kasus) konser. Semacam kapita selekta sebelum ujian profesi. Jujur aja, yang kemarin itu saya maju tanpa persiapan sama sekali. Maksud saya, apa yang rencananya bakal saya omongin ya apa yang lewat di otak aja. Nggak sempat buka Grossman, nggak sempat baca-baca hand out, singkat kata : PARAH. Apalagi jiwa raga saya masih belum sepenuhnya ada di klinik. Sebagian masih ketinggalan di Karlos, hahaha... Nggak ada yang ngasih tauin kalo harus dibikin transparansi, alhasil pagi-pagi saya baru ngebut bikin transparansi setelah liat pengumuman di depan departemen konser. Jam 8 sampe jam 10 saya nunggu, ternyata AK baru mulai jam 10.10. Mood saya udah turun drastis gara-gara nunggu 2 jam lebih 10 menit ini... Alhasil, waktu ditanya-tanya, koordinasi antara otak dan mulut saya adaaaaaa aja nggak ada yang beres. Misalnya aja...

Drg. X : "Kenapa kok saudara memilih NiCr sebagai bahan restorasi ?"
Saya : "Karena murah dok."


Si dokter kayaknya agak kaget (dan rada ilfeel) begitu denger jawaban-nggak-intelek yang saya keluarin. Harusnya kan ya yang rada ilmiah dikit lah jawabannya. Murah plus embel-embel apa gitu... Kompatibel kek, daya resistensinya tinggi kek, estetik kek...

Drg. X : "Saudara sadar kalo dalam hitungan bulan, saudara sudah jadi dokter gigi ?"

Wah, serasa ditembak persis di jantung. Mak jleb. Hahaha~
Lesson from that day : Kalo lagi nunggu AK, daripada bengong nggak ngapa-ngapain (which was : pekerjaan yang sangat-sangat nggak berkualitas dan nggak produktif sama sekali), mending baca d tu textbook konser biar nggak keliatan goblok-goblok amat waktu ditanya-tanya, hehehe...