test test
Showing posts with label dental-clinic-story. Show all posts
Showing posts with label dental-clinic-story. Show all posts

Saturday, August 03, 2013

heart attack

Funny thing was happened in clinic last night. So, this patient came from Borneo. 1 day only in Surabaya. And the next day, he has to fly back to Borneo.

He has missing almost all of his teeth in upper arch. Only upper left and right canines, and upper two front teeth remaining. He considered for new denture -later, after his next visit to Surabaya.

FYI, his old denture was broken, his oral hygiene was not really good, his remaining teeth were not in good condition also, especially the two front teeth. They were very mobile, 4" mobility, perharps more, so I suggested to take them out, later -not now. Because he'll go home tomorrow, and I can't let him leave my office without 2 front teeth

Very first thing to do, I'll clean 'em up. Clean all the remaining teeth before taking an initial impression. I was cleaning the upper right canine when suddenly....

1 tooth fell down.

IT WAS SUDDENLY FELL DOWN

OMG, and I haven't touched it yet.

Panic ? Of course ! You don't intend to pull a tooth, but that tooth was falling down itself. Who now got a jawdropped or heart attack ? The dentist. Yes, of course ! I thought, my heart stopped beating for seconds when I saw 1 of his front tooth was falling.

Me : "Waduh Pak, Pak, giginya copot nih Pak..." - "Sir, sir, your tooth pulled out..."
Patient : "Iya dok, memang sudah lepas" - "Yes doc, it's pulled out already."
Me : "Sorry ?"
Patient : "Cuma saya tancepin lagi." - "But I positioned it back."
Me : "Bapak .... lem ?" - "You... glued it ?"
Patient : "Pake UHU dok." - "With UHU (the glue), doc."

And yes, I saw the real glue in the socket, I thought he tried very hard to make the tooth attached to the gum. With glue !

I know sometimes -SOMETIMES !- patients were sooo desperate with their chipped tooth, and just glued it. But, it's my first time since my career as a dentist, seeing an EXTRACTED tooth was glued to the gum.

Thursday, December 01, 2011

mitos awam seputar gigi

Kali ini saya lagi pengen bahas beberapa mitos seputar kedokteran gigi. Misalnya aja :

1. Cabut gigi atas bikin buta
Pasien : "Dok, katanya kalau cabut gigi atas, bisa buta lho."
Saya : "Wah, kok bisa mikirnya gitu ?" *FYI, saya emang selalu pingin tahu, darimana sih kok mereka bisa mikir gitu. Dan emang banyak loh orang awam yang mikirnya gitu. Why ? Why ????*
Pasien : "Iya dok, kan saraf gigi atas nyambung sama saraf mata."

Saya : "Wah, di atas kan banyak tuh giginya. Saraf gigi yang nomer berapa yang nyambung ke mata ?"
Pasien : "Ini dok, yang geraham-geraham."
Saya : "1 geraham aja, sarafnya minimal 3 lho. Kira-kira saraf yang mana yang nyambungnya ke mata ?"
Biasanya kalo udah gini, saya jelasin. Mitos itu bener-bener salah. Cabut gigi atas nggak bakalan bikin buta kecuali : mata si pasien kesodok tang dokternya. Atau kesikut sama chairside-nya *abaikan*

Lagian andaikan beneran cairan anestesi itu bisa nembus sampe mata, lha di atas gigi kan masih ada bibir, masih ada filtrum, masih ada hidung, kok nggak mereka duluan yang kenapa-kenapa ? Kenapa harus mata ? Lagian mata kan ada 2 ? Nah... mata yang mana kalo gitu ? Kanan ? Kiri ? 2-2nya ? Nah lho... jadi mikir kan ?

2. Saya selalu gatel banget kalo liat karang gigi yang tebelnya nggak kira-kira. Can't imagine how many bacterias and plaques live there ? Eeeewww....
Oh well, jadi mereka menolak pembersihan karang gigi karena oh karena... takut giginya jadi tipis. Dan mitos ini salah banget. Scaling / pembersihan karang gigi nggak akan bikin gigi jadi tipis. Karang-karang yang nggilani itu bakal rontok waktu dibersihkan dan tradaaa... terimalah kenyataan indah ini : itulah ukuran gigi anda yang sebenar-benarnya.

Jadi tolong dicatat ya pemirsa, 'sensasi' tipis akibat rontoknya karang gigi itu bukan nipisin gigi. Kalo mau ditipisin giginya, itu namanya dibor, sayang...

3. Abis cabut gigi, dikompres es biar darah cepet berhenti.

Demi Thor, demi Zeus, demi diri saya sendiri, tolong jangan lakukan ini. Karena bukannya berhenti, darah bakal makin deras. Caranya biar cepet berhenti ? Banyak-banyaklah berdoa. Diemin aja. Semakin dikumur-kumurin, diludah-ludahin, apalagi dikompres es, apalagi sambil ngerokok ato makan es campur tapi nggak bagi-bagi ke saya, makin lama pembekuan darah terbentuk. Sekali lagi, pembekuan darah sama sekali nggak ada hubungannya dengan es. Iya, ntar dikira sama-sama berunsur beku, terus jadi main tempel es batu aja, hahaha...

4. Pengalaman ini pernah saya alami waktu jaman koass di S1 dulu.
Pasien : "Gigi saya lubang dok. Sakit banget, tapi sudah saya sembuhin sendiri."
Ckckck...sakti...

Saya : "Diapain emangnya Pak ?"
Pasien : "Saya kasih kapas yang dicelupin bensin."

Whatthe???
Kapas yang dicelupin bensin / minyak goreng / STMJ / ramuan nyonya mener, bukan solusi yang tepat buat ngilangin sakit gigi. So please don't. Ohya, dan nempelin koyo cabe buat ngilangin sakit gigi juga bukan solusi yang benar. Kalo ditempelin duit ? Hahaha... mungkin itu boleh dicoba. Kali aja sembuh beneran.

5. Gigi tongos bikin rejeki maju pesat.
Ada pasien saya yang emoh banget waktu saya saranin buat ngerapiin gigi. Dia percaya banget kalo giginya yang tongos menurut fengshui adalah sumber hoki. "Sodara saya ya dok ya, giginya juga tongos kayak saya. Tokonya rameeeeeee. Eh suatu hari dia jatuh, patah lah giginya yang tongos. Sekarang usahanya jadi sepiiii."
Kalo ini sih, kepercayaan dan keyakinan masing-masing aja deh. Soalnya saya sendiri juga blom nemu literaturnya :p

6. Tidak perlu ke dokter gigi kalo nggak sakit gigi.
Nah, mitos dan opini kayak gini bener-bener nggak menguntungkan posisi saya sebagai dokter gigi nih. Hahaha... Kadang saya ikut prihatin kalo ada pasien yang datang dengan kondisi sakit gigi banget ato gigi yang sudah lubang gede banget, malah kalo apes kadang udah busuk dan butuh perawatan, lebih apes lagi... udah fraktur. Karena gigi berlubang biasanya nggak muncul tiba-tiba. Perjalanan bakteri untuk bikin gigi lubang bener-bener panjaaaaaaaaaangggg dan lamaaaaaaa.... Jadi kalo mereka baru dateng pas sakit gigi thok, saya cuma bisa mbatin : "Ealah... lha selama ini kemana aja..."
Just advice, lebih baik mencegah daripada mengobati.

Monday, November 14, 2011

special patient this afternoon

Today's patient is so special : Mandala Shoji from Termehek-Mehek TransTV.



My mom is a reality-show addict (and sinetron -Indonesian series- as well). So, I used to watch his show accidentally once or twice, when my mom watched it.
Last Friday, a TV crew came to our office to ask for my uncle's permission, they want to make several scenes in our dental office. My uncle, at first, didn't notice who Mandala Shoji was. And I had to google his name first to memorize who he was. But all of our dental assistants knew him from a reality show in TV. What a shame, blame us who rarely watch TV and follow infotainments. Haha...
And today, Mandala is coming to our east's dental office. See who's freakingly happy ? Yes, my mom. Haha... she can't stop taking pictures while uncle is checking his teeth. Maybe, I'll do the same thing when Paul McCartney came to clinic. Hahaha...will he ? Will he ?? :D

Monday, August 22, 2011

salah alamat

Pernah suatu hari saliva ejector di unit lagi ngadat. Telpon ke dental supplier si unit, mereka janji segera ngirim teknisi. Nggak sampe sejam, datenglah 'teknisi' yang ditunggu-tunggu.

Saya : "Tumben bukan Pak Hadi yang dateng, Pak. Orang baru ya Pak ?"
'Teknisi' : "Iya nih dok, saya memang baru."
Saya : "Yaudah, langsung aja Pak. Ini lho, unit saya, udah seharian ini suctionnya macet (narasi 10 menit tentang saliva ejector ngadat) .... Itu kira-kira kenapa ya Pak ?"
'Teknisi' : "Wah saya juga nggak tahu dok." (sambil ikutan nunduk-nunduk ke kolong suction) "Kira-kira kenapa ya dok ?"
Saya : "Lha saya sendiri nggak tahu, makanya saya nanya bapak."
'Teknisi' : "Apa udah dihubungi teknisinya dok ?"
Saya : "Lha bapak ???"
'Teknisi' : "Maaf, saya dari Kalbe dok. Cuma mau minta tanda tangan kunjungan."

(and the awkward moment began....)

Wednesday, August 17, 2011

dog... eh... dok...

Pernah saya kenalan sama supplier baru di daerah Jakarta. Karena dia jualan item yang nggak ada di sini, saya berminat beli. Kita kontak-kontakan lewat sms.

Saya : "Saya berminat beli X-nya Pak. Nettnya berapa ya ?"
Supplier : "x USD dog. Nggak bisa kurang lagi. Impor dari amrik soalnya."

Wah, supplier amatiran nih pikir saya. Masa barang impor dari Amrik, tapi nyebut dokter aja 'dog' sih...

Saya : "Kantor situ di mana ya Pak ? Biar saya suruh orang cek barangnya dulu."
SBoldupplier : "Di Jakarta dog. Jadi ambil barangnya dog ?"

Lho... maneh....

Saya : "Saya cek dulu ya. Atau ada websitenya ?"
Supplier : "Ada dog. Tapi barangnya belum masuk website."

Really...really...lost...in...translation... Mending panggil ibu atau mbak kek nggak papa deh daripada dog.

Saya emang nggak ahli tata bahasa. Tapi uaneh rasanya kalo baca-baca kalimat ajaib macem gini. Atau kalimat-kalimat alay yang semua kata -nya diganti -x, huruf s diganti z, apalagi dok jadi dog, arrrrggghhh... Saya aja barusan stres sendiri pas nerima sms dari perawat saya yang bunyinya gini nih :
"Dokz...
bzok jgn lupa bwx tizzu...
n kpaz...
coz hbiz..."

Mau pingsan !

Thursday, June 02, 2011

done with the ortho course !

Done with the hectic scheduled-orthodontic course. 4x PP Surabaya-Singapore yang sayangnya bukan buat holiday. Hahaha... Guess what, dari kunjungan kenegaraan ini, belom pernah 1x pun saya nginjek Takashimaya atau Universal Studio. See how serious I was :p Pengen kapan-kapan kesana lagi, tapi nggak dalam waktu dekat, dan bener-bener buat holiday. Bukan course, seminar, symposium, whatsoever. Kalo dipikir-pikir, setahun ini malah jadwal saya cuman buat course dan seminar *stress pangkat satu juta*

Dan rutinitas hari Minggu saya : meeting. Di tempat yang saya datangi tiap hari : tempat praktek.

Hahaha... totalitas seorang dokter gigi, eh ?
And I'm thanking God 'cause I'm still alive -eh, survive- 'til now. Good news, I (am still) love my job.



Module 1 - November 2010. I'm a good student eh ? ;p



Module 1 team member in Fondaco's office. The place looks so wide in photo. Hahaha... how come???


January 2011. Module 2's dinner in -I forget the name of the resto- Had sharing-cases conversations with Dr. Ronnie Yap, senior dentist from Singapore. We ended up with more to talk than eat, hahaha...


April 2011. Module 3's dinner in Jumbo. Look at the cute crab approns we had ! Still keep it as a souvenir !


Satisfying seafood from Jumbo. Look at all of happy (and full) faces :) I ate just a half of chili crab's claw and already full ! Can you imagine how big the crabs were... Also love the otak-otak. Never had 'em before. But this one was very deliciouuuusooo...


Doing cephalo-tracing in class ? Uhmmm... forget :p Through the camera lens, the class looked so big. Wow !


Module 4's graduation dinner in Paradise Pavilion with the new president of CGDP : Dr. Jerry Lim in the middle of us.




With Jane Fonda and Ronny Fonda. Thanks for the sophisticated dinner treat, Jane !




All of Indonesian delegates with Dr. Lisa Park and Dr. Mok Siew Min in the same table.








Graduated ! Yay ! Took picture with my lecturer, Dr. Kenneth Lew. I can call him daddy :p His son is as same age as I am !


All of the graduated doctors. Standing level and align -just like teeth after braces :p

Thursday, May 12, 2011

tipe-tipe nawar

Pasien hobi nawar, itu sih udah biasa. Dalam sehari, pasti ada aja pasien hobi nawar yang dateng ke praktek. Justru kalo kadang seharian itu pasien pada manis-manis semua, nurut, nggak pake cerewet, saya malah parno kalo besoknya bakal kebanjiran pasien yang cerewet-cerewet semua.
Yes I do believe in yin and yang. Ada saat bahagia, pasti ada saat susah. Everything will come to you in balance.

Cerita-cerita tentang jualan jasa, nggak selalu enak lho. Jadi kalo ada yang bilang : "Enak ya jadi dokter gigi. Duitnya banyak." ; aslinya nggak semua dokter gigi kayak gitu lho. Kadang orang cuman tau matengnya. Siapa tahu dulunya sebelum jadi dokter laris kayak sekarang, si dokter mesti ngesot-ngesot dulu merintis usaha prakteknya.
Kecuali kalo si dokter tiba-tiba menang lotre, atau dapet warisan. Itupun kemungkinannya satu dibanding sejuta atau sepuluh juta kayaknya.

Saya juga sering kedatengan pasien yang kayaknya educated, lulusan perguruan tinggi, tapi ternyata nggak well-educated. Biasanya pasien ginian, sepaket sama money-minded. Misalnya ngomong gini : "Susah ya ke dokter jaman sekarang. Dikit-dikit disuruh operasi. Dokter makin kaya, pasien makin susah."
Ke dukun aja kalo gitu mbak. Tapi kalo jadi kenapa-kenapa gara-gara nggak dioperasi, jangan nyalahin dokternya ya, hihihi...

Nggak enaknya jadi dokter / dokter gigi juga macem-macem. Namanya juga jualan jasa. Dan karena harga jasa nggak bisa kompakan kayak DVD bajakan di ITC ato kisaran harga cabe di pasar, ya susah juga jelasin ke pasien yang bilang gini : "Lho kok mahal banget dok. Di dokter X aja nggak segitu. Di dokter Y malah lebih murah lagi." Hihihi, kalo udah kayak gini, rasanya pengen nyekek si pasien sambil bilang : "Ibu bayar, atau saya cabut gigi ibu sampai abis", yah kita mesti banyak sabar dan tawakal sambil inget-inget derita waktu jaman kuliah dulu yang jauh lebih menderita daripada cobaan kedatengan pasien model begini.
Lha ya masa saya mesti bilang sama si pasien : "Waduh, gimana ya Bu. Itu udah harga nett loh. Nggak bisa kurang lagi." Lak macem toko kelontong aja.

Tipe nawarnya juga macem-macem. Tipe yang paling umum alias yang paling sering saya temuin sih, pasien bilang : "Jangan mahal-mahal dok. Potong 50 ribu ya dok. Buat langganan."
Hahaha, well... sounds similar with : langganan sakit gigi ? Bukan saya lho ya yang doain :p

Ada lagi yang tipe ekstrim. Kayak gini nih misalnya : "Mahal amat dok bersihin karang aja 500 ribu. Pokoknya saya cuma mau bayar 250 ribu."
Kalo kejadiannya di McD, pasti udah dipanggilin sekuriti.

Ada lagi tipe melas : "Wah saya bawanya cuman segini dok. Segini aja ya. Sisanya ngutang dulu. Atau ikhlasin aja deh dok, biar saya nggak berutang sama dokter."
Speechless. Berasa kayak bank perkreditan rakyat.

Ada yang tipe keminter : " Dok, menurut saya, karang gigi saya nggak banyak deh. Jadi nggak mungkin sampe 500 ribu deh."
Padahal bersihinnya sampe nungging-nungging *tepok jidat*

Ada juga tipe nggak mau rugi : "Sekalian nambalnya ya dok. Tapi gratis ya nambalnya."
"Boleh, tapi adanya gratis cabut. Gimana ?" :D -guyonan lawas jaman kuliah di FKG dulu-

Ada tipe MLM : "Saya udah banyak ngenalin dokter ke famili-famili saya lho dok. Berarti harusnya saya dapet gratis nih."
What the ????

Baru-baru ini, saya nemu model lain lagi. Tipe barter. "Dok, saya bayar 300 ribu, 200 ribunya ntar saya gantiin bawang goreng jualan saya deh."
FYI, si pasien adalah bos bawang goreng di pasar tradisional terkemuka di Surabaya. Tapi 200 ribu buat bawang goreng ??? Emangnya saya mau hajatan ??? Hehehe, kalau bos Ferrari sih, boleh lah saya dibarterin sama Ferrari *ngayal* *minta ditabok*

Monday, May 09, 2011

forever young

Ada salah satu pasien, supersibuk banget orangnya. Senin les inggris, Selasa les komputer, Rabu belanja, Kamis yoga, Jumat persekutuan doa, Sabtu cooking class dan karaoke, Minggu arisan. Kalo lagi visit ke dokter gigi, biasanya dia suka ngambil hari Senin. Jadi hari Selasanya, dia rapelan kursus inggris sama komputer.

And she's a 65 years old widow with 2 children and 5 grandchildren.
Yes, 65 years old. Tapi nggak kayak umur 65. Saya aja nggak percaya sebelum liat KTPnya. Saya kira umurnya masih 40-an something.

Dia nenteng laptop lho kemana-mana. Padahal bukan businesswoman atau apa. Orangnya cuman ibu rumah tangga biasa yang hobi masak. Dan karaoke. Bilangnya sih gini : "Tante nggak mau kalah sama cucu tante. Kecil-kecil pinter komputer, ngomong inggris sama mandarin juga nyerocos." Wow, bravo, 2 thumbs up tante ! 4 deh sama jempol kaki sekalian. Pasti dulu tante bintang kelas deh.

Saya bayangin, kalo dia reunian sama temen-temen sekolahnya dulu, temen-temennya bakal heboh ngomong gini sama si tante : "Aryati, inget nggak ? Dulu kan gue sering duduk di sebelah lo. Biar kebagian contekan. Elo kan yang paling pinter sekelas." atau kalo ada award murid paling rajin nyatet, pasti tante ini juaranya. Lha dia hobi banget bawa notebook kemana-mana.... Saya nggak pernah liat isinya sih, tapi kalo dia lagi konsultasi, sering banget dia sambil nyatet-nyatet.

Ngalah-ngalahi mahasiswa FKG kalo dikuliahin dosen pokoknya, hahaha...

Monday, March 07, 2011

Gigi Sehat

Woohoo ! I launch my new blog for my private clinic. Check it out, readers :)

Gigi Sehat Dental Clinic

Ngomong-ngomong, bikin blog buat praktekan ini udah cita-cita saya dari jaman dulu. Saya kagum banget sama dokter atau klinik yang punya website atau blog. Kayaknya komunikasi ke pasien dan calon pasien lebih banyak aksesnya dibanding cuman tatap muka. Siapa tahu besok-besok selain ngomong gini ke pasien : "Ini kartu nama saya, nomer telponnya ada disini ya." bisa ada embel-embelnya : "Ada websitenya juga lho."
Hahaha... just kidding. Kedengerannya kok ndeso ya...

Ok, blog ini saya bikin dengan desain masih ala kadarnya, karena nggarapnya disela-sela jam praktek, tapi bakal saya upgrade -kalau nggak males. Postingannya lebih serius yang pasti. Bukan blog haha-hihi ditambah rasan-rasan pasien kayak blog ini. Hehehehe...

Sorry kalo sementara blognya masih inggrisan. Soalnya sempat saya trial-error ke pasien ekspatriat Afrika Selatan dan Hongkong. Alhasil mereka terbingung-bingung waktu saya publish blog ini dalam bahasa Indonesia. Jadi kesimpulan sementara saya : lebih banyak orang Indonesia yang lebih ngerti bahasa Inggris daripada sebaliknya. Apalagi pas saya google translate dari blog Gigi Sehat ke bahasa Indo, lha kok jadinya masih amburadul. So, terpaksa yang bahasa Indonesia under maintenance dulu ya readers.
Jadi jangan request blog pake bahasa Jawa dulu ya. Adminnya pusing, hahaha...

Saturday, January 29, 2011

i insist !

Ada pasien emak-emak yang dateng ke praktek. Dengan semangat 45, si emak 85 tahun ini tereak ke saya :

"Dok, saya minta gigi ini dicabut. Walopun dokter nggak mau nyabut, saya tetep minta gigi ini dicabut."

Wow, statement yang sangat berani. Apalagi saya belum ngeliat giginya sama sekali. Dan ternyata... setelah diperiksa, gigi taring atas kanan yang ngeyel minta dicabut ini nggak goyang sama sekali. Ada lubang kecil di leher gigi, karies yang udah berhenti. Harusnya ditambal aja udah no problem.

Tapi si emak ngotot minta gigi taring yang nggak bergeming ini dicabut. Aduh, mana kalo pagi saya nggak sarapan lagi... Nyabut gigi model gini, pasti bakal bikin sakit pinggang minimal 2 jam ke depan...

Walopun saya nggak mau nyabut, si emak tetep ngotot kalo gigi ini harus dicabut. Bagaimanapun juga. She insists !!! Bahkan dia udah nyari-nyari dimana tang cabut disimpen. Mungkin dia udah berencana bakal nyabut sendiri kalo saya tetep nggak mau nyabut.

"Lho lho lho, tunggu dulu tante... Gigi masih bagus gini ngapain dicabut ?"

Tau apa katanya ? "Soalnya saya ngerasa taring saya yang ini mrongos dok..."
Yeah, sebenernya gigi itu emang agak mrongos sih... Tapi ya ampun... kenapa baru komplain sekarang ??? Setelah 85 tahun si gigi berakar di situ sih ??? Saya curiga si emak lagi puber kedua.

Akhirnya si gigi batal dicabut. Sebaliknya dia mempertimbangkan perawatan orto alias kawat gigi. Kalo beneran dia mau, dia bakal jadi pasien kawat saya yang paling uzur... Hahaha :))

Tuesday, December 21, 2010

mantep doanya !

Dari dulu sampe sekarang, saya paling anti nyabut kalo nggak bener-bener kepaksa. Kalo jaman kuliah dulu sih saya terpaksa nyabut demi requirement. Karena buat saya gigi ibarat nyawa, jadi sekarang kalo bisa, kita *saya dan tim* bakal pertahankan tuh gigi abis-abisan sebelum ngeluarin vonis cabut.

Nah tadi pagi, di tempat praktek, datanglah pasien yang giginya udah nggak terselamatkan lagi. Ceritanya, giginya udah goyang derajat 3, mahkotanya fraktur, akarnya juga udah resesi parah. Jadi setelah diprofilaksis, hari ini si pasien dijadwalkan untuk cabut gigi.

Karena prosedur bedah di tempat saya emang panjang ritualnya, si pasien dan istrinya tanda tangan informed consent dulu...
Tensi dulu...
Dijelas-jelasin dulu sampe mereka puas...
Dikasih instruksi post ekstraksi...
Doa dulu... dalam hati
Sterilisasi ekstra oral dan intra oral dulu...
Baru saya mulai injeksi anestesi

Nah, ngomong-ngomong soal doa... si pasien dan istrinya ini adalah tokoh agama X di Surabaya. Pas insersi jarum pertama, pasien mulai gelisah. "Dok... saya takut sekali sekarang. Nggak sakit kan ya dok ? Pasti nggak sakit kan ya dok ? Berani jamin kan ya kalau nggak sakit ? Awas lho dok kalo sampe sakit."
Untung nggak pake ngancem sambil nyekik kerah baju.

Karena si pasien gelisah, istrinya ikut gelisah. Dia tiba-tiba naroh tangannya di kepala suaminya. Kayak lagi fiksasi gitu... Saya panik. "Eeee... tante, mau diapain suaminya ???"

Istri si pasien : "Mau saya bacakan doa, dok." Trus dia ngeliat suaminya dengan pandangan penuh cinta. "Papa tenang aja. Mama bacain doa X ya buat Papa..."

Ternyata yang dimaksud 'dibacakan doa' tuh dibacain beneran. Dengan artikulasi yang jelas dan lantang. Bukan mbatin doa dalam hati.

Langsung aura di tempat praktek mendadak kudus...

Padahal proses nyabutnya nggak sampe semenit. Dan doa si tante belum kelar-kelar... Kayaknya panjang nih ayat yang bakal dibacain. Terpaksa dental chair nggak bisa saya berdiriin dulu. Lha kepala suaminya masih dipegangin terus. Untung nggak pake megang kepala saya sekalian.

Semenit, dua menit belum selese juga... Khusyuk banget berdoanya...

Tiga menit, empat menit, lima menit...

Sampe akhirnya suaminya bilang : "Ma, udah kok... Nih gigi papa udah keluar.
Istri si pasien : "Waaaahhh... cepat ya. Sip deh dok."

Oke, sip deh tante... Mantep doanya !

Tuesday, October 19, 2010

yoga

Masa kemarin ada pasien yang bilang gini nih sama saya :

"Dok, enggak ikutan yoga di sebelah ??"

Ruko sebelah -beberapa ruko di sebelah maksudnya- emang tempat yoga. Tapi saya nggak pernah mampir kesana. Saya malah lebih sering sowan ke ruko bakery yang juga tetanggaan, atau gerai fastfood yang hanya selemparan batu jauhnya dari tempat praktek.
Bener-bener pola hidup yang nggak sehat, hahaha...

Jadi singkat cerita, si pasien ini maniak olah raga yang sebangsa senam-senam gitu... Ya aerobik, yoga, SKJ, poco-poco cuman senam hamil aja yang belum. Dan menurut dia, badan saya yang kurus ini pasti sangat menunjang untuk ditekuk-tekuk kalo pas yoga.

"Soalnya kan kursinya dokter enak banget *dental chair maksudnya* Jadi ntar abis yoga, capek-capek, kan bisa tidur-tiduran disini."

Eh, boleh juga sih idenya ! :D

Monday, August 30, 2010

about gigi sehat

Mari kita dengar apa komentar pasien-pasien tentang GS Gigi Sehat :



"Kenapa namanya Gigi Sehat, dok ?"
Asal muasal nama ini aslinya cuman celetukan iseng aja dari om saya yang akhirnya kita realisasikan. Toh namanya juga ear catching. Apa ya istilahnya ??? Easy listening ??? Hahaha... Kesannya natural aja sih.


"Kok nggak pake plang nama dokter aja kayak yang di Kalasan ??" (Kalasan itu main clinic kita. Yang kedepannya juga bakal di-plang-in GS juga *mungkin*)
Ini dia repotnya. Gara-gara ada ketentuan plang dokter dari dinkes, menkes, whatsoever... ya jelas saya nggak mungkin majang nama dokter di papan segede gajah yang ditaroh di atas ruko dong. Hahaha, jadi ya for the time being, untuk urusan nama, saya taruh di dalem ruang praktek dulu.


"Logonya kayak logo anak-anak ya dok."
Ide logo ini awalnya juga cuman celetukan iseng om saya aja : 'ya misalnya GS nya dibikin kayak CN-nya Cartoon Network gitu' Hahaha...kalo yang ini sih karena kita juga sama-sama repot dan nggak pernah mbahas masalah 'kecil' ini sampe detail, akhirnya ya beginilah jadinya... Apalagi waktu itu saya juga lagi nggarap proyek klinik pedo, alhasil ya kebawa-bawa deh spiritnya.

"Idenya siapa nih bikin praktek dengan konsep ginian ?"
Mixed. Inilah enaknya punya beberapa otak yang masih sekeluarga di dalem klinik. Kadang walopun nggak pas meeting tapi kalo lagi pergi atau kumpul-kumpul bareng, kita suka mbahas konsep yang mau diterapkan di praktek. Kayaknya sekarang saya ngerti kenapa banyak dokter gigi yang pengen anaknya, mantunya, ponakannya, cucunya, kalo bisa cicitnya sekalian jadi dokter gigi juga. Mungkin ya biar gampang komunikasi untuk mengembangkan klinik dan mewariskan praktekan, gitu sih intinya...

"Warnanya kok ijo ya ?"
Soalnya kita udah terlanjur beli keset warna ijo, biar match gitu, hahaha...

"Plangnya kurang besar ya kayaknya ?"
Gile, kalo dibesarin lagi, kalah deh gajah rumput di depan Lenmarc :))

"Harusnya dikasih apa gitu lho biar menarik perhatian."
Panggung gembira ??? Hahahaha, tarik maaaaanggg...

"Waaaah nggak ada tahu campurnya." (praktek yang di Kalasan emang seberangan sama tukang tahu campur yang saking maknyusnya sampe pernah masuk wisata kuliner di transTV)
Hehehe... harusnya Pak Mahfud (founder tahu campur Kalasan) disaranin juga buat buka lapak di ruko sebelah ya :p

"Ini jualan alat-alat gigi juga ta ?"
Kok nggak pernah ya ada pasien nyasar masuk ke dental supplier gitu misalnya trus nanya : "Disini juga ada praktek dokter giginya ta ?"
Tapi kayaknya saya mesti mikirin konsep dental clinic yang dilengkapi dental supplier dan museum gigi juga buat beberapa tahun ke depan. Kayak HOS gitu, wakakakaka... pasti keren nih.

Thursday, August 05, 2010

new land :)


 
Thanks God !!! We're also rocking now in West Surabaya :)
*lha kok kedengerannya kayak buka tempat ndugem ya, bukan klinik gigi... Hahaha...*

Thursday, July 29, 2010

the granny strikes back

Belom ada 2 hari saya ketemu pasien emak, eee... kemaren dia udah muncul lagi. Emang sangar banget si mak. Kali ini dia ke praktek sambil ngajak bolo, yaitu anaknya yang paling gede. Like mother, like daughter... tante ini nggak kalah cerewetnya sama mak. Alhasil nggak cuma si mak yang heboh ngomplain ini itu, anaknya juga ikutan cicitcuit di samping saya. Sampe saya susah payah mesti nginterupsi biar kebagian jatah ngomong.

Kemaren si mak mengeluh kalo lidahnya kerasa sumpek sama gigi palsunya yang bawah.
Nah, bingung toh ???

Saya : "Sumpek maksudnya gimana mak ?"
Emak : "Ya sumpek. Pusing gitu rasanya."
Anaknya : "Maksud mama, kayak mbulet-mbulet gitu lho dok."
Obrolan yang bikin pusing emang...

Saya : "Lho mak, yang sakit itu giginya ato kepalanya ???"
Cuma ngecek... maklum, saya mesti kudu banyak sabar kalo ngadepin pasien usia lanjut. Selain takut kualat, kan saya juga keinget sama Ama-Akong saya sendiri kalo ngadepin mereka.

Emak : "Ya gigi palsunya. Lidahnya ini lho. Kalo melet, rasanya sumpek. Sampe pusing dok rasanya."
Kalo emak aja pusing, apalagi saya, mak...

Ngeselin-ngeselin gini, kadang emang lucu banget nih emak... Masa pas dia bilang lidahnya sumpek, dia juga sambil mijet-mijet kepalanya. Udah gitu, anaknya juga ikut-ikutan mijet-mijet kepalanya.

Trus, sempat juga si emak ngomong sama anaknya gini nih : "Untung ya Lan, dokter noniknya sabar."
Kalo dokter senior yang disuruh ngadepin, ya pasti esmossssssiiii ngadepin mak ini. Masih untung kalo cuma emosi, kalo sampe kena serangan jantung piye ? Kalo sampe stroke piye ?


Akhirnya saya benerin sampe si emak ngomong enak. Ternyata nggak cuma itu, komplain masih berlanjut. Nggak kalah anehnya, kali ini dia ngerasa giginya kependekan. Dan gara-gara kependekan itu, dia parno kalo giginya enggak bisa dipake nggigit jenang.
OMG, jenang again ???

Saya : "Kalo udah ada umur, mbok ya jangan makan jenang gitu lho mak... Makan buah gitu lho mak biar sehat. Jangan yang lengket-lengket ato yang keras-keras mak."

Emak : "Padahal dulu waktu mak masih muda, mak bisa makan macem-macem." sambil rada mewek
Anaknya : "Iya dok, kasihan mama..."
Dan suasana mendadak jadi mellow... Sebelum terjadi hujan air mata, saya poles-poles si gigi palsu seadanya. P
ercuma aja saya nasehatin macem-macem. Apalagi kalo saya kuliahin soal anatomi gigi ato oklusi ideal. Toh mereka masa bodo kalo dijelasin soal overbite dan overjet normalnya 2 mm something itu... Aaaaarggghhh...

"Pokoknya mak minta gigi mak kayak giginya dokter. Persis. Sakpanjang-panjangnya juga persis. " kata si mak.

Repot-repot, saya tunjukin gigi saya ke si emak dan anaknya. Mereka kayaknya shock pas liat gigi depan saya yang emang nggak bisa dipake nggigit apa-apa karena open bitenya hampir 5 mm.

"Gimana mak ? Masi mau punya gigi kayak gigi saya ? Bayangin mak, seumur-umur gigi depan saya ini malah nggak bisa dipake nggigit apa-apa lho mak..."

Si mak akhirnya diem. For the first time !!!! Hahaha, sakti juga punya gigi open bite gini... ;)

Tuesday, July 27, 2010

nenek masa kini

Siapa bilang cuma pasien anak-anak aja yang bikin pusing kepala... Pasien geriatri juga bisa bikin operatornya pusing. Apalagi kalo si pasien bukan cuma pikun, tapi juga cerewet.
Okelah, saya emang nggak bisa menyalahkan konsep kehidupan. Kalo pikun itu takdir. Tapi... cerewet itu pilihan.

Dan pasien emak-emak ini bukan main cerewetnya... Saking cerewetnya, buat bikin gigi palsu aja dia udah bolak-balik ada 10x an ini. Padahal kalo pasien-pasien lain, lazimnya sih dateng 3-5x juga udah selese. Tapi mak ini emang paling sangar, modelnya aja kalo ke praktek udah kayak pasukan berani mati. Mottonya sih kayaknya : vini vidi vici...

"Pokoknya mak nggak mau mahal."
Itu topik obrolan hari pertama. Si mak udah menyepakati harga dan dia kayaknya sadar waktu dijelasin bahwa DP bahan bersifat mengikat dan nggak bisa diminta balik seandainya batal.

Eeee besoknya, si mak tiba-tiba mengundurkan diri dan minta duitnya balik. Alasannya : dia barusan nemu tukang gigi yang jauh lebih murah daripada tempat kami. Jujur banget nggak seh ??? Padahal di lab, giginya udah sampe tahapan nyusun gigi. Well, akhirnya om saya beralasan sama si lab kalo si mak tiba-tiba stroke dan koma dan nggak bisa nglanjutin perawatan.

Eeee... besoknya dia mbalik lagi. Dia nggak terima kalo duitnya nggak mbalik 100%. Padahal udah dijelasin di awal perawatan. Si mak bilang kalo dia nggak ngerasa dijelasin soal DP-menDP itu...
Okay, blame the age. Mungkin umur 70an something ya udah lumrah kalo pikun.
Deal hari itu : si mak jadi mbuatin gigi lagi... Dia pengen perawatannya tuntas. Om saya nelpon ke lab lagi. Bilang kalo giginya jadi diproses, soalnya pasiennya mendadak sadar dari koma *alasanmacammanapulaini*

Gigi diproses, si mak dateng lagi buat try in... Dia nangis, katanya giginya kegedean.
Langsung saya bongkar secara masih model malam juga... Abis diamat-amatin DENGAN SANGAT SEKSAMA sama si mak, dia ngomel lagi, katanya kekecilan...
In the end, dia bilang pengen punya gigi kayak gigi saya. What the ??????

Besoknya pas dia dateng lagi, om saya udah nyiapin stock teeth beraneka merk, warna, ukuran, dan tipe. Si mak dipersilahkan memilih stock teeth sesuai selera dia. Abis si mak acc, suster nyatetin model yang dia pilih. Maksudnya ya biar ntar kalo pikunnya kumat, kita punya footnote buat ngingetin si emak...

Pas dia dateng lagi, dia komplain. Giginya nggak sesuai dengan yang dia pilih katanya. Okelah, kembuletan ini berlangsung berkali-kali dan berhari-hari sampai akhirnya si gigi palsu jadi. Hahaha, akhirnya gigi si mak jadi juga. Sebelum bukain pintu buat si mak, salah satu suster saya udah bilang : "Bismillah. Semoga lancar. Biar nggak langganan antre di depan terus ya dok."
Ya iyalah, secara dia muncul terus-terusan. Dan well, tampangnya cukup mengintimidasi kalo diliat dari kamera cctv.

Lagi-lagi adaaaaaaaaaaa aja yang dikeluhkan. Awalnya sih masih keluhan standard. Lama-lama keluhannya jadi aneh. Seminggu pasca insersi, si mak mengeluh gigi bawahnya kemajuan. Besoknya lagi, dia bilang kemunduran. Besoknya lagi, dia bilang giginya kayak gunung. Terakhir pas datang, dia bilang di langit-langit gigi palsu yang atas kayak ada permen yang nempel.

"Lho lha yang mau nempelin permen di gigi palsunya mak itu lho siapa mak ???" saya ya terheran-heran
"Pokoknya mak ngerasa ada permennya." gitu sih kata dia...

Akhirnya si mak nyobain makan. Ini juga gara-gara dia bilang kalo gigi palsunya enggak bisa dipake makan sama sekali. Pas saya sodorin pisang goreng, si mak makan dengan penuh penghayatan.

Abis sepotong pisang goreng, si mak minta nambah.

"Lho mak, berarti kan gigi palsunya udah enak to ? Tuh sampe nambah..." kata suster saya.

Tau nggak apa kata si emak ?
"Lho sus, kalo buat makan pisang goreng sih bisa. Makan bubur ya bisa. Tapi makan jenang masih belum bisa."

zzzz....

Tuesday, June 08, 2010

our new room


Akhirnya proyek ruang pedo impian udah kelar... Setelah sempat kepending berbulan-bulan dengan alesan males karena kerjaan di praktek emang luar biasa hectic, akhirnya Rabu minggu lalu *hehehe, sorry telat postingnya* ruang anak-anak ini dilaunching perdana. And oh yes, I do love the decoration. Yellow yellow yellow everywhere !

Proyek ini digarap dengan cukup excited di bulan-bulan pertama... Mulai dari milih kartun buat tema. Saya ngusulin winnie the pooh, om saya ngusulin donal bebek, sempat kepikiran nemo, mickey, hercules, tarzan (????), ya intinya kita nyari tokoh yang unisex biar nggak kesannya memihak salah satu gender.

And the winner is winnie :D *secara saya yang megang proyeknya, hihihi...*
Dan theme colournya kuning *sorry uncle, hope you like it :D*


In the end, proyek ini sempat kepending gara-gara ya beginilah kalo klinik keluarga... Karena enggak jelas manajernya siapa, segala macem kerjaan juga kita yang handle sendiri, akhirnya proyek ini nyandet. Eh bukan nyandet, tepatnya sih mandeg. Beberapa bulan kayaknya... sampe oom saya juga udah bolak-balik ngomel ngebahas proyek ini saban rapat.

And nowwww.... Emang nggak pake pengguntingan pita ato potong tumpeng, tapi saya seneng banget akhirnya ruang pedo ini kelar juga. And believe it or not, kadar kerewelan anak-anak itu sekarang menurun drastis. Amaaaaazzziiiinggg !!!
Cheers uncle ! Now put your big smile for me :D

Asiknya lagi, sekarang saya bisa nonton Madagascar sambil kerja pasien. Hihihihi... ;;)

Thursday, May 27, 2010

infeksi

Kalo biasanya pasien paling nggak tahan sama bunyi bur, sebaliknya saya paling nggak tahan sama teriakan pasien, dalam bentuk apapun : jeritan, lengkingan, desahan, apalagi makian kalo mereka lagi saya rawat.
Sorry my dear patients, but your face expression have already given me lotsa informations. So, you may show it, but please DON'T tell it.

Kayak pasien pagi ini, ibu-ibu setengah baya, yang teriakannya sumpah maut abis. Saking yahudnya, sampe pasien diluar gedor-gedor. Memastikan bahwa kami semua yang lagi di dalem baik-baik saja ato lebih spesifiknya sih, nggak ada korban jiwa.
Kasian banget suaminya. Pasti udah kenyang ditereakin sama istrinya. Buktinya, pas disuruh nemenin sampe dalem ruang periksa, bapak ini malah pamitan ke wc dan nggak balik-balik sampe istrinya selese dirawat. My deep sympathy for you, sir...

Ceritanya, ibu ini mengeluh sakit teramat sangat amat sangat amat sangaaaaat. Anamnesa ini ditulis sesuai dengan bahasa pasien yang sebenernya loh. Dan benerlah, pas diperkusi, si pasien udah tereak-tereak nggak karuan : "AAAARGGHHH... AAARGGGHH.... AAAAAAAAAAAAAAAAA" Heboh dah pokoknya. Belom lagi lirikan matanya. Dia memandang dokter dan suster dengan tatapan penuh dendam. Dan amarah.

Alhasil mood kerja menurun drastis. Saya memutuskan untuk medikamen aja. Gak tahan denger suaranya yang ngalah-ngalahin TOA itu.

Bayangin aja, pipi dibuka pake kaca mulut, tereak.
Disemprot angin, tereak lagi. Plus hampir 2 jari saya putus tergigit.
Dimasukin obat, tereak. Kali ini sambil menyebut nama Allah berulang-ulang : "Ya Allah... Ya Allah..."

Pas turun dari unit, dia nanya dengan heboh : "Demi Allah dokter, saya ini sakit apa sih ?"
Agak males juga nerangin panjang-panjang, saya jawab : "Infeksi."

Pasien : "Ya Alllllaaahhh... sudah saya duga dok ! Pasti infeksi !!!"
udah bikin ribut, pake sok pinter lagi.

Wednesday, May 19, 2010

kinda telenovela

Kemarin nih ada pasien yang dateng ke praktekan sambil nangis dengan HEBOH kayak korban perkosaan.

"Dokter, tolong saya. Gigi saya patah. PATAH ! Ini saya bawa patahannya."
Well, tisu dimana-mana. Jadi ceritanya, gigi yang patah ini dibungkus tisu berlapis-lapis. Saking keramatnya kali.

Pas ngeliat barang yang diduga gigi yang patah ini, saya udah curiga duluan. Soalnya bentuknya lebih mirip pecahan meteor daripada gigi. Tepinya tajem-tajem, warnanya juga gak ada mirip-miripnya sama gigi lah pokoknya.

Dan pasien ini dengan heboh nunjuk TKP yang dimaksud : "Gigi depan saya dok. Yang bawah, yang deket sama lidah nih yang patah."
sambil tetep berurai air mata

Saya mau ketawa tapi kok ya sungkan... Soalnya beneran seperti dugaan saya, yang patah tuh KARANG GIGInya...


Kurang lebih, kayak gini nih gambaran karang giginya

Alhasil saya bersiin aja karang giginya yang emang udah mirip gigi itu saking makro-nya, dan saking udah bertahun-tahun nggak dibersihin barangkali... Abis saya jelasin A-Z, si pasien udah nggak nangis lagi dong :p
FYI, pasien ini tante-tante umur 55 tahun. Bukan artis. Apalagi fotomodel. Dan cucunya udah 2. Sangar banget kan nangisin gigi sampe segini hebohnya...

Monday, May 10, 2010

mana sepatunya ?

Belakangan ini... pasien-pasien suka masuk ke ruang periksa tanpa alas kaki. Ya nyeker gitu mereka... untung mereka masih duduk di sofa, nggak duduk di lantai. Ntar dikira praktekan ini mengusung konsep 'lesehan' dong...




...dan ternyata sepatu-sepatu itu diparkir di ruang tunggu. Weird, I think...