Kemarin, untuk pertama kalinya saya ngasistenin seorang dosen senior di ruang operasi. Well~ the operation itself went very-very well... Dokter ini berhasil mengeluarkan M3 kanan bawah si pasien yang impaksi mesioangular tanpa separasi (whoa !) dan M3 kanan atas si pasien yang erupsi sebagian dengan 3 akar yang njepat dan bengkok enggak karuan ke 3 arah tanpa mematahkan 1 akar pun dan tanpa separasi juga (ckckck....)
Nah, yang nyentrik tuh... si empunya gigi. Alias si pasien.
Sebut saja namanya Pak Iwan. Laki-laki. Umur 35-an. Belum pernah cabut gigi sebelumnya. Dandanannya kayak turis Hawaii (kemeja bunga-bunga super aloha + celana pendek + sandal safari) ~untungnya enggak pake sunglasses~ sampe Pak Kosim ~yang jaga di ruang operasi~ terbengong-bengong ngeliat ni orang...
Dan waktu saya kasih instruksi pasca pencabutan, pasien ini nanggapin dengan reaksi yang menurut saya sih... enggak normal.
Saya : "Pak, bekas lukanya nanti jangan dihisap-hisap ya... jangan makan pakai sisi kanan dulu... obatnya diminum sesuai anjuran... jangan dikumur-kumur... jangan dikompres-kompres pakai es batu..." ~well, soalnya berdasarkan pengalaman saya, ada-ada aja pasien yang suka ngompres luka di bekas pencabutannya pakai es batu, dengan maksud : biar perdarahannya cepet berhenti, kepanasan (???), sampe iseng (?!?!!!). Padahal akibatnya, tuh darah bakal nggak berhenti-berhenti....~
Pak Iwan : "Kalo dihisap istri saya boleh ?"
Saya sempat bengong beberapa detik. Sebelum akhirnya saya jawab : "Ya nggak boleh, Pak. Nanti lukanya enggak nutup-nutup lho."
Pak Iwan : "Ngomong-ngomong, situ udah jadi dokter belum ?"
Saya : "Belum, pak."
Pak Iwan : "Kapan jadi dokternya ?"
Saya : "Ya secepatnya, pak. Kalau lancar sih, mudah-mudahan tahun depan."
Pak Iwan : "Kalau 2 jam lagi belum jadi dokter ya ?"
Saya sempat mikir, gila kali ya nih orang...
Pak Iwan : "Terus ini apaan ???" (nunjukin seplastik tampon yang dibekalin sama dosen saya itu...)
Saya : "Itu namanya tampon, pak. Buat digigit biar mulut bapak enggak banyak beraktivitas dan perdarahannya cepet berhenti."
Pak Iwan : "Oooo...bisa buat pembalut juga ya ?"
(mungkin maksudnya, pembalut wanita kali ya...)
Saya : "Oh, nggak bisa pak."
Pak Iwan : "Kok dikasih nama tampon kalo gitu ?"
Saya : "Soalnya bentuknya kan mirip-mirip, pak."
Gilaaaaaaaaaaaaaaa.... PLEASE SOMEBODY SAVE ME !!!
Pak Iwan : "Terus...tebel di mulut saya nih kapan ilangnya ?"
Saya : "Bentar lagi juga hilang kok pak, normalnya sih gitu."
Terus, pasien ini diem ada 1 menitan, sampe akhirnya dia ngomong : "Belum ilang nih. Berarti saya nggak normal dong ?"
The fact was : He's TOTALLY NOT NORMAL
Dan pembicaraan bego ini terhenti karena dosen senior saya manggil si pasien untuk ngurusin administrasi. Haha, thanks for saving me, doc.
waaaa..ni pasien jangan2 salah masuk rumah sakit...
ReplyDeletejangan2 bukan RSGM yang dituju...
*you know what i mean lah..*
hehuehue
ajaib!!
Emang ajaib nih orang, Tri'
ReplyDeleteKalo pada tanggal 25-6-2008 jam 10 pagi dirimu masuk ruang operasi, dirimu bakal takjub melihat sosok pasien ini...
(dan dirimu bakal shock mendengar lengkingan mautnya waktu dianestesi)